Musim Gugur di Akita dan Iwate | Autumn in Tohoku part #2

Karena sampai di Danau Towada terlalu sore, saya hanya bisa sebentar saja bermain kano. Angin pun cukup kencang menjelang malam itu. Sehingga saya langsung menuju hotel.

Towada Prince Hotel, Kazuno-gun,Akita

Hotel yang saya tempati di Akita ini tepat di pinggir danau Towada. Hotel yang  bernama Prince Towada ini bertema Prancis. Jadi bangunannya agak bernuansa Eropa. Di belakangnya ada perbukitan kecil yang sudah berwarna-warni daun musim gugur. Rasa-rasanya saya sedang di Swiss bukan di Jepang. Matahari pagi hanya bersinar sebentar kemudian tertutup awan. Beruntung saya sempat mengabadikannya.

Selamat pagi dari danau towada

Danau Towada ini masuk ke dalam Taman Nasional Towada-Hachimantai. Salah satu ikon alam di region Tohoku. Danau ini punya pemandangan yang unik di setiap musimnya. Termasuk di musim gugur pada bulan Oktober ini. Danau ini cukup besar. Jika kita mengelilingi danau ini, butuh jarak sekitar 46 km atau satu setengah jam berkendara.

Daun musim gugur terkena matahari pagi
Autumn sunrise

Towada Lake Boat Tour

Setelah sarapan saya mengikuti tur Lake Towada Excursion Boat. Dengan kapal yang ukurannya mirip kapal ferry Jawa-Bali. Kapal berkeliling sekitar 45 menit menuju spot-spot menarik di sekitar Danau.

Walaupun langit mendung, saya tetap bisa menikmati warna-warni musim gugur di Danau Towada. Saya tak bisa membayangkan jika ada matahari sedikit saja, pasti kamera saya tak berhenti memotret sepanjang perjalanan.

Beberapa kali saya diajak ngobrol bahasa Jepang oleh nenek-nenek Jepang. Saya dikira orang Jepang. Di Bali saya juga pernah disangka orang Jepang oleh resepsionis. Padahal kalau saya lagi ngaca, sepertinya saya lebih mirip orang Kenya daripada orang Jepang sih. Haha! Beruntung di Tohoku ini saya ditemani rekan dari JNTO yang menerjemahkan nenek tersebut jadi saya tetap bisa mengobrol walaupun basa-basi hehe!

Patung Otome No Zo

Dari atas kapal saya juga melihat patung dua orang wanita yang tak berbusana. Dari annoucer kapal yang juga berbahasa inggris, saya mendengar bahwa patung ini bernama Otmoe no Zo. Patung dari perunggu yang dibuat oleh seniman pahat bernama Kotaru Takamura.

Di ujung perjalanan, saya melihat sebuah jembatan di atas danau. Ada aliran sungai yang mengalir keluar. Ternyata itu adalah muara Oirase-Keiryu yang saya kunjungi di hari sebelumnya!

Akita ini prefektur yang didominasi pegunungan. Membuatnya jadi lahan yang baik untuk bercocok tanam. Beras Akita adalah salah satu beras terbaik jepang. Saat makan di beberapa tempat makan dan hotel, saya bersumpah ini adalah nasi terenak yang pernah saya makan! Nasinya padat, lengket, dan agak manis. Makan nasi saja tanpa lauk pun sudah enak!

Jangan lupa makan ikan ini sekitar towada lake, banyak sekali street food dan restoran yang jual. Rasanya macam salmon tapi agak kering dan asin!

Inawiwa Udon

Hal terkenal lain dari Akita —  selain wanitanya yang katanya masuk top 3 wanita tercantik di jepang –, adalah Udon! Namun udon disini bukan udon tebal yang biasa kamu lihat di Marugame udon. Jenis udon disini bernama Inaiwa. Udonnya mirip seperti pasta italia, lebih pipih dan tak sebesar udon regular.

Kalau kamu tahu restoran udon terkenal di Shibuya, Ginza, dan beberapa daerah di Tokyo bernama Sato Yosuke, di Akita ini adalah cabang pusatnya. Semua udon disini handmade.

Resep udon diwariskan dari generasi ke generasi selama 150 tahun restoran ini berdiri. Hanya beberapa puluh meter dari restorannya terdapat pabrik udon. Kita bisa request tour pembuatan udon disini secara gratis. Kalau sudah booking sebelumnya, kita juga bisa loh belajar membuat udon sendiri. Setelah itu udonnya bisa kita bawa pulang. Yummy!

Untuk menuju ke restoran udon ini, kamu bisa naik bis atau taksi dari stasiun Yuzawa. Maka dari itu, JR east pass bakal sangat membantu kamu jika ingin berkeliling area Tohoku.

Dari Akita saya menuju ke Iwate. Saya sudah membayangkan perjalanan darat berkelok di dalam gunung yang bakal membuat saya mabuk. Saya pun mencoba tidur. Tapi ternyata saya saya tak bisa tertidur, karena pemandangan sepanjang jalan ini keren sekali!

Sepanjang perjalanan begini pemandangannya

Nama jalan ini adalah Hachimantai Aspite Line, jalan sepanjang 27 kilometer di dalam area Taman Nasional Towada-Hachimantai yang menghubungkan prefekture Iwate dan Akita. Sepanjang jalan, daun momoji berwarna kuning, merah, dan oranye memanjakan mata saya. Jalur ini biasa ditutup jika winter karena salju terlalu tebal. Namun biasanya saat april, jalnan dibuka kembali dengan menghadirkan dinding salju yang tingginya mencapai 6 meter di pinggir jalan!

Saya pun fokus ke kamera sepanjang jalan, perut yang agak terkocok karena jalanan naik turun berkelok pun saya hiraukan. Eyegasm!

Di tengah jalan ada rest area yang tepat di puncak gunung. Waktu saya keluar bis untuk ke toilet, ternyata anginnya kencang sekali! Suhu menunjukan minus dua. Pantas saja tangan saya agak membeku saat menekan shutter camera. Tak lama saya pun kembali ke dalam untuk melanjutkan perjalanan.

Sore hari saya sampai di APPI highland. Tempat APPI kogen ski resort berada. Tempat ini biasa ramai saat winter untuk orang-orang bermain ski mulai dari bulan Desember hingga Februari. Tentunya saya kesini bukan ingin bermain ski karena salju belum turun. Namun ada hal yang menarik di resort ini: restorannya menyediakan makanan bersertifikat halal!

Set halal menu di APPI resort

Karena makin banyak pengunjung muslim yang kesini, restoran di APPI resort yang bernama Nanashigure ini pun punya sertifikat halal. Manager restaurant pun juga seorang muslim asal Tiongkok. Untuk menu halal ada beberapa set course untuk dinner maupun breakfast. Untuk dinner luar biasa enak.

Mungkin karena saya habis kedinginan di luar yang suhunya sudah nol derajat celcius. Tapi sayang, porsinya terlalu besar. Saya pun harus memasukan beberapa sisa makanan ke dalam kotak makanan yang saya bawa setiap perjalanan. Barangkali nanti malam saya kelaparan.  #gakmaurugi :))

Sertfikat restoran halal
Sarapan pagi yang juga halal-certified

Geibikei Gorge (Ngarai Geibikei)

Esok harinya saya mengunjungi Geibikei Gorge. Sebuah ngarai yang terbentuk oleh Sungai Satetsu, dikelilingi oleh tebing yang tingginya mencapai 50 meter! “Geibi” dalam bahasa Jepang artinya “Hidung Singa” yang berasal dari bentuk sebuah batu kapur raksasa di ujung ngarai yang berbentuk seperti itu.

Geibikei Gorge bisa dicapai dengan berjalan kaki dari Geibikei Station yang dilewati oleh JR Ofanuto Line. Jadi mudah sekali mencapainya. Kalau kamu dari Sendai City.

Kano-san, our boatman

Disini saya ikut boat tour selama sekitar 90 menit. Uniknya kapalnya tidak menggunakan mesin. Tapi hanya menggunakan bambu panjang yang dibuat untuk menggerakan kapal dengan cara mendoronganya dengan permukaan sungai.

“Welcome to Geibikei! I am Kano-san,” kata kapten kapal kami. Saya pun menaiki kapal yang panjangnya sekitar 6 meter ini.

Sepanjang Geibikei suasananya sangat tenang. Angin sepoi walau agak dingin. Permukaan air yang tingginya hanya sepaha orang dewasa terlihat sangat jernih. Ikan salmon dan ikan kecil lainnya terlihat berkeliaran.

“Disini tak boleh ambil apapun, bahkan daun gugur pun tidak boleh diambil. Apalagi ikan,” ujar Kano-san kepada saya.

Setelah sekitar 30 menit, perahu melipir ke darata, kami dipersilakan turun oleh Kano-san unutk menikmati Geibikei dengan berjalan kaki. Di ujung ngarai juga ada sebuah lubang di tebing yang dipercaya bisa membawa keberuntungan.

Batu-batu seharga 100 yen yang berisi tentang kata-kata keberuntungan bisa dibeli untuk dilempar kesana. Batunya nampaknya terbuat dari bahan yang ringkih dari kapur sehingga bisa larut dalam air. Setelah beberapa percobaan, saya tak bisa memasukan satu batu pun. Keberuntungan nampaknya ada di tukang batu.

Setelah puas berjalan kaki, saya kembali ke boat. Kano-san kembali mengayuh bambu panjangnya. Namun kali ini dia bukan bercerita tentang Geibikei lagi. Ia bernyanyi! Lagu yang dinyanyikan adalah lagu rakyat yang bernama Geibikei Oiwake.

Makan siang di Higashiyama Kanko Hotel di dekat pintu masuk Geibikei. Seafood yang muslim friendly. Waktu saya makan disini ada beberapa muslim singapura yang juga sedang berlibur.

Perahu kembali berjalan. Nyanyian kano-san membuat udara musim gugur yang dingin ini terasa lebih hangat.

Saya bertolak ke kembali ke Akita untuk menuju ke hotel. Bukan hotel biasa, tapi ini hotel khas Jepang alias Ryokan! Untuk menuju kesini dari Yuzawa station bisa naik taksi atau bus. Jika naik bus Yuzawa, berhentilah di bus stop Motoyu. Hanya tinggal jalan kaki satu hingga dua menit dari situ.

Tidur di Futon

Untuk harga Ryokan biasanya memang lebih mahal daripada penginapan biasa. Mungkin hampir sama harganya dengan jika kamu menginap di hotel bintang 5 yang standar di jakarta. Tapi pengalamannya betul-betul berbeda. Kamu harus coba Ryokan kalau ke jepang!

Interior kamar Ryokan

Pertama dari interior bangunan yang betul-betul rumah tradisional jepang. Lantai kamarnya menggunakan tatami. Tatami adalah semacam tikar yang agak tebal dan terbuat dari jerami. Baunya khas apalagi kalau sedang hujan diluar. Betul-betul terasa seperti rumah. Dan yang paling unik adalah tak ada tempat tidur maupun kamar untuk mandi dalam kamar!

Ingat film doraemon? Waktu nobita mau tidur, ia selalu membuka lemari dan mengeluarkan kasur (futon dalam bahasa jepang) dari sana kemudian meletakannya di lantai. Untuk kamar mandinya ada di…..Onsen! Onsen adalah kolam air hangat yang digunakan untuk berendam. Ada yang outdoor maupun indoor.

Sebelum masuk onsen harus bilas tubuh dulu di kamar mandi di dalam onsen. Tapi kamu harus tahu, di Onsen ini tak boleh pake apa-apa. Tak boleh ada sehelai benang pun di tubuh. Harus bulet!

onsen privat hanya buat saya seorang!

Onsen dibagi jadi pria dan wanita. Saya pun memasuki onsen pria. Namun baru di pintu masuk, saya sudah melihat pemandangan yang tidak biasa dari kejauhan. Karena takut nanti jadi ketagihan, saya memilih keluar :))

Saya diberi tahu ada juga onsen private di Ryokan ini. Biasanya digunakan untuk keluarga. Cuma ya harus booking dulu karena memakainya bergantian. Enaknya di Onsen private ini jadi saya bisa foto-foto sepuasnya. Yang tentu saja tak bisa kamu lakukan waktu di onsen public!

Sehabis makan, berendam di onsen, waktunya tidur sebelum melanjutkan perjalanan musim gugur di Tohoku ini!

Simak juga tulisan lainnya dari seri Autumn in Tohoku!

Comments

5 responses to “Musim Gugur di Akita dan Iwate | Autumn in Tohoku part #2”

  1. helterskelter Avatar

    mana foto adegan menikmati onsen-nya??? gila asyik banget ya punya onsen pribadi kek gituuu, huhuhu… pernahnya onsen gratisan tengah hutan isinya kakek-kakek bugil. hufh…

    1. wira Avatar

      Ada nih mba kalau mau liat tapi offline aja yah :p

  2. Rahmania Santoso Avatar

    Mas wira, aku perhatiin tiap fotonya mas wira sering bawa handphone. Mas wira pake action cam juga kah buat support foto2nya?

    1. wira Avatar

      Oh itu buat remote shutter kamera pake wifi, jadi gak lari-lari pakai self timer. Action cam ada tapi paling buat di air aja.

  3. Kang Alee Avatar

    Suka banget pemandangan di Geibikei

Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')