Hunting plus Hiking ke Gunung Puntang

Terasa lelah fisik dan mental, tetapi rasa senang dan puas turut menemani. Hari minggu 26 April, bersama teman – teman dari photoST mencoba mendaki gunung puntang yang terletak di desa Cimaung, Banjaran, kabupaten Bandung. Gunung Puntang.

Terletak pada pegunungan malabar, di ketinggian 1290 m dpl. Gunung puntang merupakan wisata alternatif di Bandung selatan jika anda bosan ke kawah putih maupun situ patengan di ciwidey.

Tempat ini cukup bersejarah, terdapat pemancar yang memungkinkan komunikasi antara bandung – belanda yang berjarak kurang lebih 12.000 km! Wew, menurut mata kuliah antena, untuk mencapai jarak tersebut, jika menggunakan frekuensi tinggi sekitar 150 Mhz, dan dimasukan ke rumus kecepatan cahaya maka didapatkan panjang gelombang 2 km !

Dan artinya lagi dibutuhkan antena dengan diameter 2 km! aje gile, antena membentang dari puncak gunung puntang dan gunung halimun. Ternyata teknologi kita kalah jauh ya, zaman segitu belande udah bisa manfaatin gelombang radio.

Di puntang banyak kegiatan yang bisa dilakukan disini. Dari mulai forest tracking, berkemah, ataupun hanya bermain-main air di sungai yang jernih dan fotogenik tentunya.

Tujuan kami pada hari itu adalah mencapai Curug siliwangi yang terletak hampir di puncak gunung. Berdasarkan info yang kami dapat, dari areal parkir menuju puncak dapat dilalui dengan jarak 3.5 km yang dapat ditempuh dalam 2 jam.

Tapi emang dasar fotografer yang hiking, 2 jam molor jadi 4 jam lebih gara – gara sering berhenti motret – motret (baca: narsis). Medan yang ditempuh tidak terlalu berat, hanya dibutuhkan stamina dan tekad yang cukup kuat.

Tetapi pada saat mencapai lokasi curug, dibutuhkan orang yang ahli untuk memanjat batu – batu yang cukup tinggi. Hati – hati sekali disini, batu – batu sangat licin dan dapat membahayakan anda serta kamera anda (kamera gw jatuh disini!!!). Sekali salah melangkah disini, nyawa anda taruhannya!

Perjalanan melewati pinggir lembah, jurang, sungai tidak mematahakan semangat kami yang akan mencapai puncak gunung. Beberapa orang hampir terpeleset ke jurang tapi beruntung masih selamat. Sempat deg-deg an juga. Untung ada om bram yang kayaknya mantan anak astacala dan om topo yang emang anak gunung. :D

Pas sampai diatas bener – bener hilang deh capeknya..Airnya bener – bener jernih khas pegunungan. Malah bisa langsung diminum lho. Ada kejadian buruk disini. Pas lagi pengen motret air terjun, saya KEPELESET batu yang licin dengan keadaan kamera menggantung di leher.

Alhasil posisi pas jatuh tengkurap dan kamera langsung menghantam batu di dalam air ( mencekam nih!). Pas hari itu sama besoknya kamera sama sekali ga berfungsi dengan baik, di hasil fotonya ada garis garis horizotal.

Tapi untunglah setelah dijemur diatas genteng, kamera normal kembali. Sepertinya memang ada air yang merembes kedalam..hufff. Udah gini males banget motret…padahal air terjun-nya fotogenik banget, ada bunga pula di bawahnya…

Pas perjalanan pulang ternyata lebih susah karena badan sudah capek dan harus mengerem kaki pas turunnya kalau gak mau terguling – guling. Tapi benar – benar hari yang menyenangkan bersama anak – anak photoST. Jarang banget kita jalan jalan kayak gini, pada mental studio sih. Kan enakan jadi fotografer landscape, studionya alam..hahaha. Next time I will be back  there!

p.s : buat tips fotografi landscape, selain kamera, bagian peralatan perlu ditambahkan adalah tambang, sepatu boot, makanan, air yang cukup serta betis yang kuat :D

liputan yang lain bisa dilihat di sini

foto – foto liputan juga bisa dilihat disini