Ini adalah salah satu sudut Kota Jayapura, salah satu kota di paling timur Indonesia.
Mungkin tidak pernah terpikir oleh kita, ternyata kota yang jaraknya 5 jam dengan pesawat dari Jakarta ini pun punya mall. Saya hampir saja menonton star wars disini.
Ini salah satu view dari salah satu hotel yang saya inapi, hotel Yasmin. FYI, ada juga hotel Aston tak jauh dari situ.
Jayapura kotanya berbukit-bukit. Untuk menuju kecamatan berikutnya biasanya harus naik ke bukit yang meliuk-liuk. Lihat masjid yang foto pertama? Ini waktu saya turun.
Dari Jayapura, saya terus menuju timur melewati Abepura Koya Kosoh — kecamatan yang berisi para transmigran suku bugis dan buton, hingga akhirnya sampai di Skouw, garis batas antara Indonesia dan Papua Nugini.
Pagar dihasi bendera-bendera yang tak saya kenali terlihat menghiasi perbatasan. Tak lama, kami tahu itu adalah bendera-bendera distrik di Papua Nugini. Warga papua nugini dan Indonesia nampak berlalu lalang menembus batas negeri dengan santainya. Ditengah pagar terdapat gerbang tinggi dengan hiasan ukiran mirip karya suku asmat.
Saya tak membawa paspor. Tapi ternyata tak masalah, asalkan kita kembali pada hari yang sama sebelum jam empat sore. Karena gerbang sudah ditutup saat itu. Tak boleh membawa kamera ke dalam, jadi saya memotret menggunakan kamera handphone saja.
Di perbatasan bagian Indonesia, udaranya panas, pos-posnya sedang diperbaiki, dan terkesan berantakan. Namun saat memasuki Papua Nugini, udaranya langsung sejuk karena langsung berbatasan di lembahan yang langsung menuju laut.
Penjagaan di Skouw cukup ketat. Tentara dimana-mana memegang senapan. Berbeda jauh dengan perbatasan di Merauke yang nyaris tanpa penjagaan, bahkan pagar sekalipun. Mungkin karena perbatasan di Merauke lebih ‘wild’ alias hutan. Mungkin akan saya tulis di postingan berikutnya.
Kembali ke kota. Saya naik ke atas bukit pemancar polimak. Banyak menara-menara pemancar televisi nasional yang menitipkan antenanya disini karena mungkin saja ini adalah titik tertinggi Jayapura.
Sayangnya, bukit polimak ini kerap digunakan oleh oknum-oknum — yang kebetulan masih pada bocah ini — untuk mojok sambil minum minuman keras. Padahal tak jauh dari mereka larangan tentang itu tertulis dengan huruf yang cukup besar. Jadi, hati-hati kalau ke sini malam hari.
Sampai bertemu kembali, Jayapura.
Oh iya, satu lagi. Fakta unik yang bakal kamu temukan disini : kaos MTMA bertebaran dimana-mana dan ibuk-ibuk yang membawa helm nya masuk ke pasar dan dalam MALL sekalipun hihi!
Thanks for reading!
Wah sampe Papua Nugini juga, mas. Setiap sudut di manapun terlihat indah, apalagi lihat dari atas mercusuar. Hemmm itu beneran pegang botol minuman keras? :-D
itu tulisan My Trip My Adventure nya 3 Dimensi… heuheuheu
baca artikel ini jd terkenang Jayapura, hihi. Bioskopnya baru masuk 2-3 thn mas dan hanya ada di mal jayapura. Wah bukit polimak sdh dipasang pembatas ya. krn waktu sy ke sana th 2013 belum ada pembatas jd hrs ekstra hati2. Tks u/ foto2nya. Jd pengen ke sana lg, hihi
Wuihh, asyik sekali bisa jalan-jalan ke Jayapura. orangnya galak-galak tidak kak? dan yang tidak diperbolehkan apasaja ketika ke perbatasan?
Keren mas! Destinasi impian saya nih..pengen juga melintasi perbatasan RI – Papua new Guinea
Subhanallah indah sekali jayapura. jadi penasaran apalagi di perbatasannya
Jayapura keren banget kalau dipotret dari atas, pengen banget kesana!!!
i like jayapura city
sepedamotor
nice post https://www.uiresourcecenter.com/