Menuju Tanah Tertinggi Pulau Jawa

61

semeru1“What the hell am i doing here?”

“TAHAN, TAHAN!” tiba-tiba seseorang berteriak dari atas.

Saya menghentikan langkah, tiba-tiba hujan abu berdatangan dari atas. Saya berbalik arah dan melindungi wajah. Cukup lama debu itu menyerang, kemudian saya kembali menatap ke atas. Tubuh saya gemetar melihat penatapan itu.

Sebuah bayangan hitam besar nampak mengeluarkan awan yang bergerak cepat mengikuti angin. Ia tepat berada di atas saya. Sungguh mengerikan.

“JANGAN NAIK DULU, ARAH LETUSAN KEMARI!” orang diatas itu berteriak kembali.

Suasana menjadi mencekam. Waktu sudah lewat dua jam tengah malam. Saya, dan tiga orang sahabat berhenti di tengah jalur pasir yang mengerikan ini. Nampak semua pendaki juga menghentikan langkahnya.

Saya tak bicara apapun. Duduk di tengah trek pasir dengan elavasi sekitar 60 derajat dengan angin kencang ditambah udara dingin cukup membuat saya terdiam. Saya memakan beberapa kurma untuk sekedar menambah tenaga. Bulan dan bintang sungguh indah dari ketinggian lebih dari tiga ribu meter ini.

**

Hampir puncak, lagi sunrise, istirahat dulu foto-foto.
Hampir puncak, lagi sunrise, istirahat dulu foto-foto.

Saat-saat seperti ini yang kemudian membuat saya berfikir, “Saya ini lagi ngapain, sih?”

Saya juga heran, bercampur rasa tidak percaya, kok bisa-bisanya saya tengah malam begini ada di ketinggian lebih dari tiga ribu meter. Kiri-kanan jurang, lengah sedikit goodbye. Batu-batu besar menggelinding di atas pasir yang rapuh siap menerkam siapa saja. Dan ditambah si wedus gembel Mahameru yang setiap saat bisa berbalik arah menuju jalur pendakian ini.

What the hell are you doing here, mate?

Bukan hanya sekali ini saja pertanyaan seperti itu muncul, beberapa destinasi  lainnya juga membuat pertanyaan ini muncul dengan sendirinya. Dan setiap itu muncul, rasa kangen ke orang-orang terdekat menjadi berlipat ganda. Juga rasa syukur terhadap Tuhan, yang masih memberikan kita nafas hingga saat ini menjadi sangat berarti.

Namun, menurut saya justru momen-momen seperti ini yang membuat perjalanan semakin berkesan dan lebih indah dikenang.

**

Kalimati, padang edelweiss, 2600 mdpl. Kami berangkat pukul 12 malam dari sini menunju mahameru.

Dingin menembus tiga lapis jaket yang saya kenakan. Saya sudah menunggu hampir setengah jam, belum juga ada kabar dari atas sana. Hujan abu kembali menyerang. Beberapa pendaki tidak ingin mengambil resiko dan kembali turun.

Tetiba saya teringat seorang sosok aktivis mahasiswa era orde lama, Soe Hok Gie , yang tewas disini akibat menghirup asap beracun mahameru.

Perasaan saya makin bercampur aduk. Antara tetap naik atau kembali turun. Tapi sudah sejauh ini, saya membulatkan tekad untuk tetap menginjakan kaki di tanah tertinggi pulau Jawa ini.

“Ayo, lebih baik kita naik terus, daripada beku disini,” rekan saya berkata. Tanpa menjawab, kami mulai melangkahkan kaki lagi.

Jalur semeru ini sungguh ‘asyik’. Setiap tiga langkah melaju, akan terpersok dua langkah. Bahkan, terkadang langkah kita menjadi sia-sia, naik tiga tapi terperosk tiga. Saya bahkan terkadang berjalan dengan empat kaki, merangkak. Supaya pijakan lebih kuat.

Akhirnya ada teriakan dari atas bahwa sudah ada yang mencapai Mahameru, dan mereka bilang, “ARAH ANGIN AMAN, LANJUTTT!”

Saya tersenyum dan kembali bersemangat.

Saya pakai cara ini : 5 langkah berjalan, 10 detik istirahat ambil nafas. Kalau tenggorokan kering, minum seteguk. Ulangi terus hingga sampai puncak. No turning back!

Lihat gunung kedua dari sebelah kanan atas? Itu adalah gunung bromo.

Tetapi, saya kembali telat kali ini untuk melihat mentari muncul dari Mahameru. Masih beberapa puluh meter lagi. Saya berhenti sejenak untuk solat subuh, dan juga mengabadikan salah satu landscape terindah tanah air ini.

Setelah matahari muncul, jalur ini terlihat menjadi lebih mengerikan daripada saat gelap malam tadi.

Terik matahari mulai membuat suasana menjadi hangat. Sekitar pukul tujuh saya akhirnya menginjakan kaki di Mahameru. Tanah tertinggi di Pulau Jawa. Sebuah potret mahakarya Tuhan untuk negeri beribu pulau ini.

Terlihat beberapa orang berpelukan dengan haru. Rasa puas terlihat di wajah mereka karena telah berhasil menaklukan diri mereka dan mencapai batas-batas yang jarang mereka lalui.

Mungkin inilah yang dicari orang saat pergi ke tempat-tempat seperti ini. Pencarian jati diri dan pembuktian bahwa kita ini memang sangat kecil jika dibandingkan oleh yang Maha Besar di atas sana.

Terima kasih Mahameru.

:)

Saya, saat turun dari Mahameru. Tanah cokelat persis di balik kepala saya adalah basecamp Kalimati. Kami telah naik 1 km vertikal.

Cerita sebelumnya : Di bawah dinginnya kabut pagi Ranu Kumbolo 

READ ME!

Tentu teman-teman sudah tahu tragedi Andika, mahasiswa UGM yang tewas di Gunung ini karena tersasar saat turun dari Puncak 2009 silam. Ia salah mengambil jalur, karena banyak percabangan yang memang agak membingungkan, juga cuaca buruk yang mengahalangi pengelihatan. Ia terlalu melipir ke kanan dan akhirnya jatuh di jurang sedalam 75 meter.

Agar tidak tersesat lakukan hal berikut ini :

  • Jangan turun sendirian!
  • Lakukan orientasi terlebih dahulu, pintu masuk ke hutan arcopodo adalah arah UTARA kompas. Dahulu ada cemara besar (cemoro tunggal) yang menjadi patokan, namun saat ini pohon tersebut telah tumbang.

Lebih jelasnya coba mampir ke diskusi di thread forum OANC Kaskus ini [link]

Saya sempat agak mengambil jalur yang salah, sehingga agak mengarah ke kanan (padahal tanda arcopodo terlihat), dan terpaksa menuruni lembahan pasir untuk menyebrang ke jalur yang benar. Saya juga bertemu pendaki yang sempat tersasar ke arah kiri. Ini membuktikan jalur mahameru memang mudah mengecoh pendaki.

Keep safe! :)

61 COMMENTS

  1. Sama kayak pengalamanku, kalau saya waktu itu karena menuju puncak mahameru kesiangan dan tenagapun sudah lemah, akhirnya saya berhenti di pertengahan pasir menuju puncak, takut kejadian kawah beracunnya keluar (kayak Soe Hok Gie)

    Selamat Bro :)

  2. Tipsnya bagus banget untuk para pendaki yang mau ke Semeru. Ceritanya bikin sedikit merinding, meskipun saya sendiri sampai sekarang belum berani naik ke 1 pun puncak gunung karena ada masalah dengan kaki. Cerita ini juga merupakan bukti bahwa batasan-batasan hanya diciptakan dalam pikiran manusia. Nice. :)

  3. saya bisa ngerasain gimana terharunya dan merindingnya ketika sampai di puncak. walaupun saya belum pernah ke mahameru. semoga saya bisa menyusul melihat keindahan mahameru :’)

  4. “What the hell are you doing here, mate?

    Bukan hanya sekali ini saja pertanyaan seperti itu muncul, beberapa destinasi lainnya juga membuat pertanyaan ini muncul dengan sendirinya. Dan setiap itu muncul, rasa kangen ke orang-orang terdekat menjadi berlipat ganda. Juga rasa syukur terhadap Tuhan, yang masih memberikan kita nafas hingga saat ini menjadi sangat berarti.

    Namun, menurut saya justru momen-momen seperti ini yang membuat perjalanan semakin berkesan dan lebih indah dikenang.”

    wiiddiwh, sama mas,,
    nice posting :)

  5. Halo Wira, tulisan dan fotonya menarik. Jika aral tak melintang, saya dan teman2 akan ke Semeru akhir tahun ini. Mau tanya, waktu ke sana bawa DSLR atau camera pocket aja? Kalo bawa DSLR, ada tips cara bawanya biar aman & ngga terasa berat?
    Trims untuk infonya.

    • Halo ken,

      Biasanya bawa apa? kalo saya punyanya cuma dslr jadi bawanya yang itu. Saya sih biasanya cuma bawa 2 lensa, 28 dan 50. Dua2nya ringan soalnya, karena body canon 5d udah hampir sekilo sendiri.

      Bawa nya biasa pake tas lowepro kecil, terus dipasang karabiner ke bagian depan dada. Atau yang enak pakai tas pinggang kamera. Kalo ditaro di dalem tas belakang mau ngambil susah hehe.

      Semoga sukses perjalanannya. :D

  6. heuheu saya juga pernah dua kali kepikiran yg sama, “Saya ini lagi ngapain, sih? kok, bisa2nya ada disini”
    yg pertama pas naik Pangrango dengan jalur yg salah, jalurnya longsor kena hujan..
    kejebak ditengah2 naik susah, turun susah
    yg kedua waktu naik salak, yg ketemu batu besar di pinggir jurang..
    sempat kepikiran, kalau mati disini keknya bakal konyol banget..

    salam kenal ya Wira..
    tulisannya keren, foto2nya cakep pake banget

  7. […] yang menggelayut menemani saya menggapai anak krakatau. Treknya berpasir, namun jelas tidak sesulit mahameru. Tidak akan sampai membuat kepala menyentuh dengkul. Saya bahkan agak berlari agar bisa mendapatkan […]

  8. saya nggak sengaja nemu blog ini kemarin dan astaga, kereeeen!! saya pernah ke semeru sekali waktu dan dapet momen “what are you doing here, mate?” yg sama. hanya saja, belum seekstrim yang mas alami. waktu itu saya sama temen2 trekking nonstop dari ranupane sampai kalimati, alhasil tenaga udah habis. saat yg lain udah mulai summit attack dini hari, tim saya masih asik molor. besoknya, tim saya bimbang antara meneruskan perjalanan ke puncak atau pulang karena sudah pagi -katanya kan kalau udah jam 10 pagi wedhus gembel-nya mulai keluar. tapi karena nanggung eman2 sudah sampai sejauh itu, kami pun memutuskan muncak. baru sebentar melewati batas vegetasi yg trek berpasir itu, tiba2 kabut dateng dan hujan turun. akhirnya tim berhenti sebentar menunggu hujan membaik. ternyata hujannya nggak berhenti juga. karena takut longsor dan segala macem, kami memutuskan untuk turun.

    saat itulah saya bertanya pada diri saya sendiri, “apa ya yang sebenarnya saya cari di sini?” disaat yang lain sibuk mengabadikan titik tertinggi yang bisa kami capai, saya malah terlongo sendiri mikirin nasib. ini kalau saya mati gimana ya. hehehe…

    nice blog mas; foto, tulisan, semuanya bagus dan keren. terus berkarya dan menginspirasi!

  9. Terima kasih sudah berbagi pengalaman, suatu saat saya akan kesana untuk merasakan indahnya Mahameru,
    terima kasih untuk foto foto yang bagus.

  10. Saya mesti kalo ke sini cuma buat ngadem di Rakum, sambil masak-masak gitu apa buka warteg gituuuu Mas Wira… Nanti kalo mas Wira mau naik lagi, saya nebeng ah… :3

  11. Haloo Vloggers,

    Saya putri dari VIVAlog, meminta biodata lengkap lomba blog “Jelajah 7 Keajaiban Nusantara” #terios7wonders berhubung email masuk banyak dan mungkin ke skip jadi di minta untuk mengirim data lagi dengan Subject : DATA LOMBA BLOG TERIOS7WONDERS (CAPSLOCK) , sebagai berikut:

    Nama lengkap:
    Username VIVAlog:
    Alamat lengkap:
    No Hp:
    Link Blog:

    kirim ke email: putri.megasari@viva.co.id

    Karena hari ini adalah hari penjuarian, diminta untuk secepatnya mengirim data.

    Regrads,
    Putri

  12. thankz gan ats infrmsi,ny,,,
    numpang tanya gan,,,
    apakah boleh naik k’puncak untk pndaki yg amatir,,,???

  13. suka sekali baca blog ini, and liat foto2nya bang wira mantap abiss,,,,,sy jg follow twiternya lo bang…..
    pengen bgt ke semeru, smg aja suatu saat tercapai…
    Ditunggu ya bang cerita petualang dan foto2nya :)

  14. Alhamdulillah tgl 28 des’13 saya sampai puncak Mahameru, track Arcopodo di siang hari, mengerikan..

  15. wwoow!!!!!!
    indah bnget memang di sana…kami teman” di sini ingin banget kesana maz..kemarin waktu tahun baru hampir berangket namun secara cuaca tidak mendukung maz…..insya@ kalau cuaca baek dan kami siap untuk melangkahkan kaki kami ke puncak yang indah tersebut…dan kami juga ingin merasakan keringat langkah yang akan membawa diri kami ke atas sana….karana MAHAMERU puncak da di atas bumi dan dekat dengan sang Pencipta,,
    .kami bersyukur di lumajang tau di jatim ada puncak tertinggi dan indah ini..kami pun tau bahwa tuhan adalah sang PENCIPTA..

    by: anak” LUMAJANG

  16. kaki yang akan melangkah yang tak seperti biasanya.
    leher yang akan terus menatap ke atas.
    tekad dan batin yang akan terus menguatkan.
    tangan yang akan merayap yang tidak seperti biasanya..
    serta mulut yang akan tarus berdoa..

    MAHAMERU IS THE BEST…I LOVE YOU

  17. Subhanallah, cma kata2 ni yg bs q ucapkan setelh mbaca n liat2 foto mas.tak terasa air mataq menetes.Allah Maha Besar

  18. Tahun lalu baru sampai Ranu Kumbolo….! tetapi hati ini tetap terpatri ke puncak. Mudah2an tahun depan bisa terwujud menggapai puncak Mahameru. Tahun ini ke Merbabu dulu.

Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')