HAWA SEJUK dan dikelilingi pegunungan, dengan banyak bangunan bernuansa eropa, rasa-rasanya saya seperti berada di Kota Praha, Ceko, sebuah kota yang seakan berada di atas awan. Namun, saya harus berhenti bermimpi dulu, ini adalah Ruteng, salah satu kota di dataran tinggi Flores. Walau siang hari terik, hawa dingin tetap terasa, seperti di dataran tinggi Dieng. Kota kecil berjarak 126 km dari Labuan bajo ini membuat saya jatuh cinta pada impresi pertama.
“Agama mas apa?“ tanya Aldi tiba-tiba, salah satu anak kecil yang saya temui di depan katredal Ruteng. “Saya Islam,” jawab saya sambil tersenyum.
“Hmmmmmm,” dia nampak sedikit kecewa, entah mengapa. “Tapi, kita kan sama-sama Indonesia,” ujar saya. Ia pun ikut tersenyum sebelum akhirnya minta diajari memotret dengan kamera saya.
Hampir 85 persen total populasi di Ruteng menganut Katolik. Saya menemukan banyak sekali gereja disini. Bahkan, katredal utama yang paling besar mempunyai arsitektur Eropa. Tidak heran, bangsa yang pernah berkoloni disini mempunyai pengaruh misionaris yang besar di tanah Flores. Tapi, ternyata masih ada satu mesjid besar disini kok, dekat alun alun kota Ruteng.
Tempat saya menginap adalah sebuah biara. Susteran maria berduka cita namanya. Nama yang agak unik, gumam saya. Bangunannya tebilang megah untuk ukuran kota ini. Bentuknya klasik dengan kontur tanah yang berbukit. Dengan harga hanya dua ratus ribuan semalam untuk kamar standard yang cukup luas; dilengkapi shower air panas, kamar bersih, dan pemandangan lembah-lembah Ruteng di kejauhan – saya pikir ini adalah sebuah tawaran menarik.
“Dulu tempat ini banyak suster-nya, tetapi sekarang sudah tidak lagi, sehingga dijadikan penginapan,” jelas salah satu suster. Luar biasa, selain melakukan aktivitas kebiaraan, mereka juga melakukan bisnis perhotelan! Saat subuh, saya bukannya dibangunkan oleh adzan, namun lantunan merdu paduan suara para biarawati di ujung ruang sana. Syahdu sekali.
Saya bertolak ke daerah Golo Curu, daerah persawahan di Flores, untuk menuju ke salah satu situs tempat ditemukannya manusia purba asal flores. Karena, di tempat ini kita bisa menyaksikan matahari terbit. Namun saya terlambat, matahari sudah tinggi ketika saya sampai disana. Namun, nuansa pagi pedesaan tetap sangat terasa. Ada anak yang pergi sekolah, sapi yang sedang merumput, dan beberapa petani sedang melakukan aktifitasnya. Sementara di kejauhan terlihat sawah-sawah bertingkat dihiasi kabut tipis.
Motor saya terus pacu ke arah selatan Ruteng. Penunjuk jalan menunjukan ke arah Liang Bua. Sepi sekali. Pemandangan selama perjalanan dihiasi sawah-sawah berundak yang indah diterpa mentari pagi. Sesaat kemudian saya sampai di sebuah mulut Gua. Ini adalah sebuah situs purbakala. Tempat ditemukanannya salah satu spesies manusia purbakala. Homo Floresenesis, manusia purba yang tingginya hanya sekitar satu meter pada usia dewasa. Entah benar atau tidak, tapi saya sempat menemukan beberapa orang dewasa berukuran seperti itu di Ruteng ini.
Tetapi saat saya disana, tak ada seorang pun yang nampak. Tidak ada penjaga ataupun makhluk lainnya, hanya pintu gerbang depan yang terbuka namun pintu masuk ke dalam terkunci. Terdapat marka-marka tempat ditemukannya fosil-fosil di gua limestone ini. Bulu kuduk saya agak merinding, setelah mengambil beberapa foto mulut goa, saya bergegas kembali ke kota.
Saya pun sampai di Desa Compang Ruteng. Hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari pusat kota, saya menemukan sebuah desa kecil. Ini satu-satunya Desa adat tradisional di Ruteng.
“Selamat datang di Compang Ruteng,” seorang bapak tua menyambut saya. Saya dipersilakan masuk ke dalam Todo, rumah adat yang terbuat dari kayu dan beratap alang-alang, tipikal rumah adat di Indonesia.
Saat saya masuk ke rumah beliau, hawa sejuk langsung terasa, padahal di luar panas sekali. Ternyata ini akibat atapnya yang terbuat dari daun lontar. Jika diluar panas, di dalam akan sejuk. Jika diluar dingin, makan di dalam akan hangat. Otomatis tanpa harus menggunakan pendingin ataupun penghangat! Saya pun jadi merem melek ingin sekali tidur saat itu.
Orang-orang flores sangat ramah ternyata, terlepas dari wajahnya yang seram itu. Yang saya temukan di Ruteng, orangnya sangat murah senyum. Cobalah sesekali berjalan ke kota, tunjukan sedikit senyum anda, mereka akan tersenyum lebih lebar lagi. Ruteng memang dingin, tetapi orang-orang mudah senyum ini membuat hangat suasana. Ada lelucon sarkas yang saya dengar seperti ini, “Sekali orang flores menebarkan senyumnya, hilanglah wajah neraka mereka!”
Saat berada di Compang Ruteng, tidak ada aktivitas yang nampak. “Yang lainnya sedang bekerja di kebun, kalau siang begini ya tinggal yang tua-tua begini,” kata pak tua yang ternyata bernama Lambertus sambil tertawa. “Lebih banyak bule yang kesini daripada orang Indonesia, kalo ada ya paling mahasiswa yang sedang penelitian,” ia menjelaskan, setelah bertanya maksud kedatangan saya.
Saya memang sangat kagum dengan arsitektur rumah-rumah tradisional flores. Bahkan, tadinya saya ingin mengunjungi Desa Wae Rebo, tapi kondisi kaki yang banyak terluka karena terumbu karang tidak mengizinkan saya, pun saya tidak membawa sepatu trekking. Karena untuk menuju Wae Rebo, harus naik gunung paling tidak tiga jam. Dan yang unik dari orang flores adalah ucapan salam-nya. “Neka Rabo!” yang artinya “Jangan marah.” Tapi saat di labuan bajo saya malah marah betulan haha. Marah atau tidak marah, mereka akan tetap menyapa Neka Rabo!
Setelah banyak berbincang dengan Bapak Lambertus, ia minta maaf dan pamit karena ada urusan di kota. Tidak lama kemudian ia sudah berjas, namun tetap menggunakan kain tradisional. Sebuah mobil merah nampak sudah menunggunya di depan.
Saya kembali ke pusat kota. Ternyata, katredal Ruteng itu ada dua. Pagi tadi saya baru mengunjungi yang kecil, ternyata masih ada satu lagi yang lebih besar. Katredal ini nampak lebih mewah, halamannya luas dipenuhi rumput yang hijaunya seperti lapangan gelora bung karno, juga dihiasi cemara yang tertata rapi. Di depan katredal ada sebuah patung bunda maria dan dibawahnya banyak sekali anak-anak kecil yang bermain bola, dan tidak lama kemudian mereka sudah mengerubungi saya. Mereka melihat saya heran. Setelah saya mengeluarkan kamera, dan sedikit senyumanm mereka pun ikut tersenyum dan berlari menuju saya, minta dipoto. Memang kamera besar saya ini terkadang membuat saya jadi pusat perhatian.
“Mas dari mana? Dari Jawa ya? Ini cara makenya gimana? Ini apa mas?,” saya dihujani pertanyaan-pertanyaan polos dari bocah-bocah ini. Namun ada satu kalimat dari bocah itu yang saya sangat ingat, “Mas dari Jakarta ya? Maaf ya mas kota kami kumuh begini,” kata bocah itu polos, dengan logat Flores-nya.
Entah dia memuji atau menyindir, tapi dari matanya, terlihat ia memang tidak tahu apa-apa tentang Jakarta. Entah Jakarta seperti apa yang ada di imajinasi anak itu. Di Ruteng, saya belajar tentang bagaimana cara menghormati umat lain, merasakan bagaimana menjadi kaum minoritas. Mengenal Indonesia dari sisi pulau Flores, karena Indonesia itu tidak hanya pulau Jawa.
Kota ini memang dingin, tetapi orangnya sama sekali tidak dingin. “Kapan-kapan main ke Ruteng lagi mas, fotoin kita lagi!” seorang anak berteriak kepada saya. Sore itu berawan mendung, namun mentari tetap menembusnya, waktunya saya untuk berpamitan. Saat beranjak pulang, terlihat anak-anak itu melambaikan tangannya sambil tersenyum bahagia. Sangat bahagia.
Neka Rabo!
***
Foto-foto lainnya :
nggak tahu kenapa, lihat posting dan foto-foto ini, saya jadi kangen Ternate… Hahaha
imho, wajah orang-orang Indonesia Timur itu sangat eksotis. Mata yang tajam, rahang yang tegas, alis yang tebal, senyum dengan gigi yang berderet rapi… :)
Karena yang motret ganteng kin *eh*
Iya, wajahnya memang eksotis, lebih menjurus ke serem sih kalo menurutku. Tapi itu kalo belum kenal, kalo udah senyum sedikit langsung hilang seremnya haha.
Bos, tlg no hp nya dong. Ke email saya aja ya, salmonranda@gmail.com
Seketika mupeng liat foto2 nya, indah bgt! ternyata banyak tempat kece nan keren di Indonesia yg belum ter-explore. Dan baru tau jg ternyata ada aplikasi skyscanner, pas bgt buat aku nih jadi lebih gampang kalo mau cari2 tiket murah, thanks infonya ya Kak! Sangat membantu hihihi =))
Sure, you’re pretty welcome!
Begitulah kota Ruteng Mas, Hawanya emang dingin. apalagi di musim kemerau seperti ini Dindin Bangat.
Ceritanya membuatku kangen pulang ke Ruteng….
Wah pulang mas jangan ikut-ikut bang toyib :D
ceritanya mengharukan, foto2nya indah, hiks. kenapa Ruteng dingin? apa memang letaknya tinggi?
thanks for sharing :D
very nice..
mengingatkan diriku dengan fotonya mas omo
http://mojourneyphoto.blogspot.com/2011/06/gereja-santo-yosef-rutengntt.html
Wahh iya, aku juga kepikiran jelajah kota-kota flores waktu liat fotonya Mas Mo waktu itu.
[…] Ruteng, Kota yang Dingin Namun Hangat […]
Ruteng memang indah, indah sekali dan dingin sekali apalagi pada saat kemarau lebih dingin lagi serasa berada di eropa pada musim dingin. sudah beberapa kali berkunjung ke ruteng karena tugas. pertama kali ke ruteng kedinginan, kami bertiga bangun pagi2 langsung berjemur mencari kehangatan matahari, hehehehe…………
entah kapan balik lagi ke ruteng. Ruteng juga subur sekali, kembang2 nya bagus bagus.
saya juga pengen berlibur kesana lagi mba hehe.
mas tau daerah ULumbu g di flores, any information?
wah itu saya baru denger mas…
hehe maksih mas udah mau dijawab hehe,,,saya mau tau info2 tentang ulumbu, mau kerja di perusahaan Geothermal disana mas, dari info yang saya dapat deket2 Ruteng mas..hehe
ohhh iya iya, saya waktu itu hampir kesana. Dari gereja yang besar itu naik teruss. Tapi karena kejauhan dan jalannya sepi saya putar balik hehe.
ia mas,,,,,,,,, Ulumbu itu di daerah Manggarrai……. Arah selatan kota ruteng.
Keren…ulumbu itu ke arah selatan kota ruteng…pas di balik gunung.
Dari ruteng ke Ulumbu itu sekitar 45 menit pake motor.. Bisa lebih kalo naik otto (mobil).. Ulumbu itu di kecamatan Satarmese..
Mendengar kisah biara yang jadi hotel. Jadi ingat cerita katedral-katedral megah di eropa yang berubah jadi museum malahan ada yang diubah jadi klub malam.
nyindir mas???
Mas terima kasih sudah mempromosikan Ruteng dan Budayanya….
wahh, jadi nggak sabar pengen berangkat ke ruteng. aku tugas di ruteng selama dua minggu nih. makasih banyak infonya, mas.
Anggun@ dari hotel ke golo curu, naik ojek cuma 10 menit.
Kangeennn Rutenngg….. Keren2 fotonya… Oiya, koreksi. Yang patung yang difoto dari belakang itu bukan Patung Yesus, tapi Patung Santa Maria Asumpta…. :)
Terima kasih koreksinya :D
itu masjid yang deket alun alun juga gak dipake sholat jumat wir , haa
sholat jumatnya cuman di mesjid yang deket badara tuh.
gila nih wira jalan jalanya.
aku kangen main sepak bola di lapangan deket gereja…..
neka rabo kraeng. ..samgat nice pic nya….makasi sudah mengekspose mamggarai, saya hanya bisa balas dengan senyuman……
Halo temy, terima kasih sudah berkunjung ya. Ruteng memang kota kecil yang damai, saya cukup terkesan disana hehe.
[…] kecil di atas awan, Ruteng. Penuh dengan gereja-gereja […]
mas kalo dari surabaya mau ke ruteng naik apa ya? kebetulan temen sekantor ada yg dimutasi kesana..terima lasih
kalau naik pesawat bisa merpati mas, kalo ga ada dari surabaya biasanya dari Bali. Kalau dari bali bisa pakai transnusa juga. Di cek aja pake Skyscanner #eh #iklan
Aku juga suka penginapan kesusteran itu. Bersih dan ada air panasnya. Pas untuk udara Ruteng yang dingin. Ah suka foto-fotonya nih. Kemaren baru sempet transit doang. Cita-cita keliling di sana ah! Keren Wir.
fotonya keren apa gue nya keren mun? *nyengir*
syallom…
terimakasih mas, sudah mengunjungi kota kami, saya jadi bangga, ada orang kota yang mau mengunjungi kota kami.
thx mas.
Gbu.
Sama-sama mas. Lain waktu kalau ada kesempatan saya ingin ke Ruteng lagi :)
Terimakasih mas sudah promosi kota kami tercinta. kapan-kapan mampir lagi ya mas.
tentu :)
Sebenarnya masih banyak tempat yang bagus di manggarai mas. kalau kesana lagi kabari ya mas. saya juga lagi di Jakarta sekarang.
lihat foto tentang kota ruteng jadi kangen pulang kampung…terima kasih mas telah menggunjungi kota sederhana kami,,,
Kira2 menghabiskan uang berapa tuk berada ϑΐ ruteng ya pak??
Pingin sekali saya kesana
penginapan cuma 100 ribuan kok semalam, bisa untuk dua orang. Makanan juga normal hehe, yang mahal tiket pesawatnya hehe.
Makasih masbro udah jalan” ke ruteng, kota dingin dengan seribu greja…hemm jadi kangen Kole Beo “pulang kampung” taun depan…
Duh, baru tahu kalau ada website seperti skyscanner. Ternyata bisa cari harga pesawat yang termurah ya?
Ruteng memang cantik sekal. Terima kasih infonya mas.
Sama-sama hehe. Iya, emang enak kok pakai skyscanner jadi ketagihan :D
jadi kangen pulang kampung.. ruteng memang indah.. hati selalu tentram dan damai berada disana.. thx mas sudah mempromosikan ruteng, foto2nya keren bro. ada satu mesjid besar di ruteng bro letaknya di deket bandara, kalau yg di alun-alun itu hanya mushola kecil. kangen dentangan lonceng gereja setiap jam di Ruteng
Keren skali foto – fotonya mas… Kl boleh tw pake lensa dan filter apa mas???
saya pake pocket ricoh GR mas, tapi yang postingan ini maish pake 5d +28 mm
Hampir semua mahasiswa yg ada dikota besar dipastikan tamatan SMU Ruteng, karena inilah kota pelajar dari dulu. Mas, jangan lupa kunjunggi kec. Welak orong, kab. Manggarai Barat. Ada satu tempat yg dihuni oleh Ular semua.
terimakasih sudah berkunjung mas…
saya dari Ruteng..rumah saya persis di jalan menuju desa adat compang ruteng.
sekali lagi terimakasih banyak…..
neka rabo…
Neka Rabo! :)
Siiiip…
Btw, saya kasi masukan sedikit ya, untuk beberapa informasi yang keliru tangkap sepertinya hehehe
1. Di kampung Ruteng itu tidak ada kepala desanya. Yang ada itu tua adat yang biasa disebut Tu’a Golo. Sebutannya juga kampung Ruteng dan bukan Compang Ruteng. Karena Compang itu altar adat yang ada di depan rumah adat yang namanya Mbaru Gendang :-)
2. Patung di depan Gereja Katedral Baru itu bukan patung Yesus tapi Patung Maria Assumpta/ Maria diangkat ke Surga. Nah, St. Maria Assumpta itu adalah pelindung Paroki Katedral Ruteng
3. Klo yang ini bukan perbaikan tapi apresiasi. Foto-fotonya keren. Thx sudah bantu promosi kota Ruteng. Harusnya kemarin waktu ke Gereja Katedral, mampir di sekretariat Paroki. Ada saya di sana hihihi
Salute
Terima kasih banyak, mas!
Itu daerah saya. memang sangat indah dan eksotis. mas, belum menjelajah ke lembah-lembahnya, kalau makin ke dusun makin eksotis. kalau ada kesan wajah kami serem atau keraa,ya memang begitu. alam yang keras membentuk karakter kami seperti itu. tapi hati kami lembut dan sangat wellcome dengan pelancong atau tamu.
baca tulisan ttg ruteng di blog ini jd ingin pulang ruteng… thanks atas tulisannya… oh iya yg tanya ttg Ulumbu, itu dekat rumahku… sebuah mata air panas alami yg sekarang dimanfaatkan menjadi tenaga listrik uap…. berada di selatan kota ruteng… Foto2nya keren…. thanks atas promox ttg ruteng…. :)
terima kasih banyak, terima kasih rutengnya :D
Makasih telah membuat tulisan dan foto tentang kota kelahiran saya, Mas :D
Iya Ruteng itu kota kecil dengan seribu gereja tetapi kami sama sekali tak kenal yang namanya SARA :D
Salam hangat
Mudah-mudahan bisa ditiru kota-kota lain ya, hehe.
Blog yang sangat menarik! Saya buat link dari blog saya ke posting ini ya.
Foto Katredal Ruteng lama itu entah kenapa di mata saya nampak bagus Mas. Apalagi ada obyek manusia di depan gereja. Serasa menguatkan pesan bahwa manusia itu kecil di hadapan Tuhan, hahaha.
We’re literally small, indeed :D
mas wira, saya juga mau diajarin motret dong :3
kamu mau diajarin motret apa diajarin kehidupan? wkwkwk
gue nyesel baca postingan ini… nyeselll…
gue jadi kepikiran ubah itinerary (lagi deh aaaaah)
wiraaaaaaaaa….. menyebalkaaaannn :(((
nah lo nah loh kok gue disalahin? wkwkwk.
Wah Wir, bagus banget blognya. Ditunggu updatenya/ :D
Foto kamu yg rame2 sama anak ruteng, mmg cocok kalo kamu sebagai penduduk asli sana #eeap
Dan aku suka sekali dengan Rumah tradisional bapak Lambertus
suka banget mas, sama foto-foto ruteng di pagi hari… berkesan sangat damai… :)
Jadi kangen Ruteng… kangen senyuman orang-orangnya, dan sampai sekarang masih nyesel karena nggak beli kain tenun ikat di pasar waktu itu. Cuma beli syal doang.
Ruteng kotaku..jadi kangen :) lihat katedral jadi kangen sekolahanku dulu yg deket katedral.. Lihat sawahnya jd kangen cancar..
Cancar itu bagus lho..pemandangannya keren..
Thx y
Ruteng kotaku..jadi kangen :) lihat katedral jadi kangen sekolahanku dulu yg deket katedral.. Lihat sawahnya jd kangen cancar..
Cancar itu bagus lho..pemandangannya keren..
Thx y..
Share yg menarik tentang kota Ruteng, daerah yg termasuk tinggi dan dingin di flores. Katedralnya sekarang lebih keren ya..
kebetulan selalu ditugasin ke indonesia timur dan itu pengalaman yang menyenangkan kerja sambil liburan, salah satunya ke kupang..sedikit miris disana, terlepas dari itu kita semua bersaudara
mas wira,
nanya dong, klo ke golo curu dari si hotel ini naik ojek brp lama?
Keren. Jadi pengen kesana ^_^
Iya, ruteng memang isinya orang yg ramah dan hangat. Sehari dua hari aja udah langsung akrab n berasa udah punya emak bapak angkat. Hehe. Sy 3 tahun tugas d sana :) dan ttp ga bisa ilang semua kenangan ttg ruteng. Kalo di tanya “pengen pilih te4 liburan yg spt apa” dengan yakin sy jawab, ruteng t4 yg tepat. Hehehe. Coba mas lebih lama d sana, mas bs jln2 ke air terjun di desa tengku lese. Tpi medanx lumayan juga sih.
Liat web mas wira makin penasaran mengunjungi Ruteng. Suami saya lahir dan besar di Ruteng, tapi saya belum pernah ke Ruteng (katrok nih), baru sampai Labuan Bajo. Dalam waktu dekat harus bisa mudik ke Ruteng. =). Thanks untuk foto-fotonya yang keren, semoga makin banyak orang yang mengunjungi Ruteng.
keren smua fotonya,,,, hehehehehe
sy jg pernah jln” ke ruteng.
sekedar info, masjid dsna ada dua mas. masjid yg baru dibangun ad dket lapangan, klo yg lama ada di deket kantor PU/ daerah cuncalawar. greja protestan cm 1 yg gw liat. paling byk greja katholik.
pokokny keren n dingin bgt dsna.
keren tulisannya mas.. baca tulisan ini jadi pengen pulang kampungg…. air mata jadi mengalir derass nee.. heehehee.. TABE..
kangen rutengku..
Amazing mas foto2nya..copied ya mas buat koleksi. Hehe..
Thanks buat postingannya yg super cool..ces (dingin)..
Flores Luar Biasa,,,,,
Ternyata Banyak Keindahan Yang Tersembunyi Di Dalamnya,,,,
Love U Flores Land….
Makasi, daerah kami uda d postingin..
Kalau nnti k ruteng lgi kabarin aja mas, aq siap kok jadi pemandu, krna masih banyak t4 yang mas kaya belum sempat potret tentang ruteng.
Ini kampungku mas, thx udah promosiin kota kecil ku jgn lupa balik lagi ke Ruteng ya Mas, sebenarnya masih banyak yang indah2 mas, ga cukup sehari, belum.destinasi wisata ke arah timur flores juga bagus2 mas destinasi wisatanya, sekali lagi Thx sudah promosi Ruteng
Ahhh Ruteng !!! Itu kota aku Mas !!!
Kangen sekali-,-
https://susiloreynald.wordpress.com/2015/02/01/e-mail-dari-ibu-ruteng/ bisa ke situ juga kak. Mirip2 lah. Tulisan anak ruteng.
Sebuah ulasan yang nyata dan menarik.Terimakasih bang atas waktunya untuk explore flores. Mohon maaf, satu keterangan disini mungkin keliru atau mungkin saya yang keliru bang ” wae rebo in nusa tenggarabarat”. Sebenarnya ” wae rebo in nusa tenggara timur”. Karena, kampung ini letaknya di kab. Manggarai pulau flores yang secara administratif merupakan prop. NTT.
trimakasi
Selamat malam mas wira,, terimakasih sudah potret kota kecilku Ruteng. Izin share fotonya ya untuk tugas konservasi lingkungan di UNY. sumbernya saya cantumkan alamat blognya mas wira. Boleh ya Mas??? :), :) ^_^
Mas. NEKA RABO itu arti yg tptnya MAAF itu klo di pakai untuk sapaan.
Kerennnn……
wow jadi pengen ke ruteng lagi. udaranya bersih
‘
Bang Wira,
Maaf baru dibaca blog nya.
Boleh dong ajak sekali – sekali berbagi prngalaman mengelilingi indahnya indonesia. Maklum masih sendiri blom berani jauh – jauh.
Foto-fotonya keren.. Ini karena tempatnya emang kece atau fotografernya yg kece ya :D
Dua duanya hehe
Aki kangen tulisannya yang kaya gini mz.. :’)
Tulisan kayak gini biasanya harus solo traveling, sekarang udah susah :))
Foto-fotonya luar biasa bang. Saya rencana mau ke Ruteng pertengahan Mei tahun ini, apa ada resource bagus mengenai tempat-tempat yang bisa dikunjungi disana/ kontak lokal? Thanks
satu kata buat ruteng apa mas?
RUTENG…kenangan indah tak terlupakan. Natural, eksotik, ramah, sejuk dan damai. Satu tempat yg bisa kita temui banyak bule selain di Bali. Aq nemu website/blog ini krn kangen dg Ruteng. 18/1/2013 to 21/3/2015 pernah tugas di KPPN Ruteng lengkap boyong isteri dan 2anak smp dan sd. Foto”nya bening bingit, jd pengen mampir Ruteng kapan”
Satu hal yg melengkapi Ruteng tidak akan pernah terlupakan, kepala kantorku yg sekampung dr Bali berpulang ke rumah tuhan 7/9/2014. Yth bapak Bupati membantu semuanya hingga tuntas. RUTENG…miss u so much
Tulisan ini buat rindu kampung halaman saya ? saya lahir dan besar di ruteng tapi orangtua saya dari pulau jawa. Di Ruteng kita diajarkan untuk toleransi menghargai tnpa ada perbedaan meskipun saya juga minoritas di ruteng. Terimakasih mas sudah menulis tentng keindahan kota Ruteng ?
Indaaaahhh, Eropanya Indonesia. Pernah ke san sekali tapi dibayarin hihihi. Moga kelak bisa ke sana lagi sama keluargaku :D
Indah sekali ya Mas