Ruteng, Kota yang Dingin Namun Hangat

104

ruteng-flores-travel-54

HAWA SEJUK dan dikelilingi pegunungan, dengan banyak bangunan bernuansa eropa, rasa-rasanya saya seperti berada di Kota Praha, Ceko, sebuah kota yang seakan berada di atas awan. Namun, saya harus berhenti bermimpi dulu,  ini adalah Ruteng, salah satu kota di dataran tinggi Flores. Walau siang hari terik, hawa dingin tetap terasa, seperti di dataran tinggi Dieng. Kota kecil berjarak 126 km dari Labuan bajo ini membuat saya jatuh cinta pada impresi pertama.

“Agama mas apa?“ tanya Aldi tiba-tiba, salah satu anak kecil yang saya temui di depan katredal Ruteng. “Saya Islam,” jawab saya sambil tersenyum.

“Hmmmmmm,” dia nampak sedikit kecewa, entah mengapa. “Tapi, kita kan sama-sama Indonesia,” ujar saya. Ia pun ikut tersenyum sebelum akhirnya minta diajari memotret dengan kamera saya.

Anak-anak Ruteng
Anak-anak Ruteng

Hampir 85 persen total populasi di Ruteng menganut Katolik. Saya menemukan banyak sekali gereja disini. Bahkan, katredal utama yang paling besar mempunyai arsitektur Eropa. Tidak heran, bangsa yang pernah berkoloni disini mempunyai pengaruh misionaris yang besar di tanah Flores. Tapi, ternyata masih ada satu mesjid besar disini kok, dekat alun alun kota Ruteng.

Tempat saya menginap adalah sebuah biara. Susteran maria berduka cita namanya. Nama yang agak unik, gumam saya. Bangunannya tebilang megah untuk ukuran kota ini. Bentuknya klasik dengan kontur tanah yang berbukit. Dengan harga hanya dua ratus ribuan semalam untuk kamar standard yang cukup luas; dilengkapi shower air panas, kamar bersih, dan pemandangan lembah-lembah Ruteng di kejauhan – saya pikir ini adalah sebuah tawaran menarik.

Hotel kesusteran maria berdukacita
Hotel kesusteran maria berdukacita

“Dulu tempat ini banyak suster-nya, tetapi sekarang sudah tidak lagi, sehingga dijadikan penginapan,” jelas salah satu suster. Luar biasa, selain melakukan aktivitas kebiaraan, mereka juga melakukan bisnis perhotelan! Saat subuh, saya bukannya dibangunkan oleh adzan, namun lantunan merdu paduan suara para biarawati di ujung ruang sana. Syahdu sekali.

Saya bertolak ke daerah Golo Curu, daerah persawahan di Flores, untuk menuju ke salah satu situs tempat ditemukannya manusia purba asal flores. Karena, di tempat ini kita bisa menyaksikan matahari terbit. Namun saya terlambat, matahari sudah tinggi ketika saya sampai disana. Namun, nuansa pagi pedesaan tetap sangat terasa. Ada anak yang pergi sekolah, sapi yang sedang merumput, dan beberapa petani sedang melakukan aktifitasnya. Sementara di kejauhan terlihat sawah-sawah bertingkat dihiasi kabut tipis.

Selamat pagi dari sawah-sawah Ruteng
Selamat pagi dari sawah-sawah Ruteng

Motor saya terus pacu ke arah selatan Ruteng. Penunjuk jalan menunjukan ke arah Liang Bua. Sepi sekali. Pemandangan selama perjalanan dihiasi sawah-sawah berundak yang indah diterpa mentari pagi. Sesaat kemudian saya sampai di sebuah mulut Gua. Ini adalah sebuah situs purbakala. Tempat ditemukanannya salah satu spesies manusia purbakala. Homo Floresenesis, manusia purba yang tingginya hanya sekitar satu meter pada usia dewasa. Entah benar atau tidak, tapi saya sempat menemukan beberapa orang dewasa berukuran seperti itu di Ruteng ini.

Liang Bua, sendirian disana bikin merinding hihi
Liang Bua, sendirian disana bikin merinding hihi

Tetapi saat saya disana, tak ada seorang pun yang nampak. Tidak ada penjaga ataupun makhluk lainnya, hanya pintu gerbang depan yang terbuka namun pintu masuk ke dalam terkunci.  Terdapat marka-marka tempat ditemukannya fosil-fosil di gua limestone ini. Bulu kuduk saya agak merinding, setelah mengambil beberapa foto mulut goa, saya bergegas kembali ke kota.

Sawah lagi, tadinya saya ingin ke sawah di desa Cancar, berbentuk spider web. Tapi kok ya bisa lupa entah kenapa errrr.
Sawah lagi, tadinya saya ingin ke sawah di desa Cancar, berbentuk spider web. Tapi kok ya bisa lupa entah kenapa errrr.

Saya pun sampai di Desa Compang Ruteng. Hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari pusat kota, saya menemukan sebuah desa kecil. Ini satu-satunya Desa adat tradisional di Ruteng.

“Selamat datang di Compang Ruteng,” seorang bapak tua menyambut saya. Saya dipersilakan masuk ke dalam Todo, rumah adat yang terbuat dari kayu dan beratap alang-alang, tipikal rumah adat di Indonesia.

Saat saya masuk ke rumah beliau, hawa sejuk langsung terasa, padahal di luar panas sekali. Ternyata ini akibat atapnya yang terbuat dari daun lontar. Jika diluar panas, di dalam akan sejuk. Jika diluar dingin, makan di dalam akan hangat. Otomatis tanpa harus menggunakan pendingin ataupun penghangat! Saya pun jadi merem melek ingin sekali tidur saat itu.

Lambertus, Bapak kepala Desa Compang Ruteng
Lambertus, Bapak kepala Desa Compang Ruteng

Orang-orang flores sangat ramah ternyata, terlepas dari wajahnya yang seram itu. Yang saya temukan di Ruteng, orangnya sangat murah senyum.  Cobalah sesekali berjalan ke kota, tunjukan sedikit senyum anda, mereka akan tersenyum lebih lebar lagi. Ruteng memang dingin, tetapi orang-orang mudah senyum ini membuat hangat suasana. Ada lelucon sarkas yang saya dengar seperti ini, “Sekali orang flores menebarkan senyumnya, hilanglah wajah neraka mereka!”

Compang Ruteng
Compang Ruteng

Saat berada di Compang Ruteng, tidak ada aktivitas yang nampak. “Yang lainnya sedang bekerja di kebun, kalau siang begini ya tinggal yang tua-tua begini,” kata pak tua yang ternyata bernama Lambertus sambil tertawa. “Lebih banyak bule yang kesini daripada orang Indonesia, kalo ada ya paling mahasiswa yang sedang penelitian,” ia menjelaskan, setelah bertanya maksud kedatangan saya.

Saya memang sangat kagum dengan arsitektur rumah-rumah tradisional flores. Bahkan, tadinya saya ingin mengunjungi Desa Wae Rebo, tapi kondisi kaki yang banyak terluka karena terumbu karang tidak mengizinkan saya, pun saya tidak membawa sepatu trekking. Karena untuk menuju Wae Rebo, harus naik gunung paling tidak tiga jam. Dan yang unik dari orang flores adalah ucapan salam-nya. “Neka Rabo!” yang artinya “Jangan marah.” Tapi saat di labuan bajo saya malah marah betulan haha. Marah atau tidak marah, mereka akan tetap menyapa Neka Rabo!

Saya bersama pak Lambertus
Saya bersama pak Lambertus

Setelah banyak berbincang dengan Bapak Lambertus, ia minta maaf dan pamit karena ada urusan di kota. Tidak lama kemudian ia sudah berjas, namun tetap menggunakan kain tradisional. Sebuah mobil merah nampak sudah menunggunya di depan.

Saya kembali ke pusat kota. Ternyata, katredal Ruteng itu ada dua. Pagi tadi saya baru mengunjungi yang kecil, ternyata masih ada satu lagi yang lebih besar. Katredal ini nampak lebih mewah, halamannya luas dipenuhi rumput yang hijaunya seperti lapangan gelora bung karno, juga dihiasi cemara yang tertata rapi. Di depan katredal ada sebuah patung bunda maria dan dibawahnya banyak sekali anak-anak kecil yang bermain bola, dan tidak lama kemudian mereka sudah mengerubungi saya. Mereka melihat saya heran. Setelah saya mengeluarkan kamera, dan sedikit senyumanm mereka pun ikut tersenyum dan berlari menuju saya, minta dipoto. Memang kamera besar saya ini terkadang membuat saya jadi pusat perhatian.

ruteng-flores-travel-41
Saya bersama anak-anak Ruteng, anak yang paling kirim mengambil lensa 50mm tanpa saya sadar :))
Katedral Ruteng
Katedral Ruteng

“Mas dari mana? Dari Jawa ya? Ini cara makenya gimana? Ini apa mas?,” saya dihujani pertanyaan-pertanyaan polos dari bocah-bocah ini. Namun ada satu kalimat dari bocah itu yang saya sangat ingat, “Mas dari Jakarta ya? Maaf ya mas kota kami kumuh begini,” kata bocah itu polos, dengan logat Flores-nya.

Entah dia memuji atau menyindir, tapi dari matanya, terlihat ia memang tidak tahu apa-apa tentang Jakarta. Entah Jakarta seperti apa yang ada di imajinasi anak itu. Di Ruteng, saya belajar tentang bagaimana cara menghormati umat lain, merasakan bagaimana menjadi kaum minoritas. Mengenal Indonesia dari sisi pulau Flores, karena Indonesia itu tidak hanya pulau Jawa.

Katedral lama ruteng
Katedral lama ruteng

Kota ini memang dingin, tetapi orangnya sama sekali tidak dingin. “Kapan-kapan main ke Ruteng lagi mas, fotoin kita lagi!” seorang anak berteriak kepada saya. Sore itu berawan mendung, namun mentari tetap menembusnya, waktunya saya untuk berpamitan. Saat beranjak pulang, terlihat anak-anak itu melambaikan tangannya sambil tersenyum bahagia. Sangat bahagia.

Neka Rabo!

***

Foto-foto lainnya :

Senyum anak flores
Senyum anak flores
Rumah tradisional manggarai di tengah kota
Rumah tradisional manggarai di tengah kota
Pinggir kota ruteng
Pinggir kota ruteng
Compang Ruteng, salah satu desa tradisional yang masih bertahan.
Compang Ruteng, salah satu desa tradisional yang masih bertahan.
Danau Ranamese yang sepi
Danau Ranamese yang sepi
Anak-anak Ruteng
Anak-anak Ruteng
Ruteng, kota dingin yang hangat
Ruteng, kota dingin yang hangat

104 COMMENTS

  1. nggak tahu kenapa, lihat posting dan foto-foto ini, saya jadi kangen Ternate… Hahaha

    imho, wajah orang-orang Indonesia Timur itu sangat eksotis. Mata yang tajam, rahang yang tegas, alis yang tebal, senyum dengan gigi yang berderet rapi… :)

  2. Seketika mupeng liat foto2 nya, indah bgt! ternyata banyak tempat kece nan keren di Indonesia yg belum ter-explore. Dan baru tau jg ternyata ada aplikasi skyscanner, pas bgt buat aku nih jadi lebih gampang kalo mau cari2 tiket murah, thanks infonya ya Kak! Sangat membantu hihihi =))

  3. Begitulah kota Ruteng Mas, Hawanya emang dingin. apalagi di musim kemerau seperti ini Dindin Bangat.
    Ceritanya membuatku kangen pulang ke Ruteng….

  4. Ruteng memang indah, indah sekali dan dingin sekali apalagi pada saat kemarau lebih dingin lagi serasa berada di eropa pada musim dingin. sudah beberapa kali berkunjung ke ruteng karena tugas. pertama kali ke ruteng kedinginan, kami bertiga bangun pagi2 langsung berjemur mencari kehangatan matahari, hehehehe…………
    entah kapan balik lagi ke ruteng. Ruteng juga subur sekali, kembang2 nya bagus bagus.

  5. Mendengar kisah biara yang jadi hotel. Jadi ingat cerita katedral-katedral megah di eropa yang berubah jadi museum malahan ada yang diubah jadi klub malam.

  6. Kangeennn Rutenngg….. Keren2 fotonya… Oiya, koreksi. Yang patung yang difoto dari belakang itu bukan Patung Yesus, tapi Patung Santa Maria Asumpta…. :)

    • neka rabo kraeng. ..samgat nice pic nya….makasi sudah mengekspose mamggarai, saya hanya bisa balas dengan senyuman……

    • kalau naik pesawat bisa merpati mas, kalo ga ada dari surabaya biasanya dari Bali. Kalau dari bali bisa pakai transnusa juga. Di cek aja pake Skyscanner #eh #iklan

  7. Aku juga suka penginapan kesusteran itu. Bersih dan ada air panasnya. Pas untuk udara Ruteng yang dingin. Ah suka foto-fotonya nih. Kemaren baru sempet transit doang. Cita-cita keliling di sana ah! Keren Wir.

  8. syallom…
    terimakasih mas, sudah mengunjungi kota kami, saya jadi bangga, ada orang kota yang mau mengunjungi kota kami.
    thx mas.
    Gbu.

  9. Sebenarnya masih banyak tempat yang bagus di manggarai mas. kalau kesana lagi kabari ya mas. saya juga lagi di Jakarta sekarang.

  10. lihat foto tentang kota ruteng jadi kangen pulang kampung…terima kasih mas telah menggunjungi kota sederhana kami,,,

  11. Makasih masbro udah jalan” ke ruteng, kota dingin dengan seribu greja…hemm jadi kangen Kole Beo “pulang kampung” taun depan…

  12. Duh, baru tahu kalau ada website seperti skyscanner. Ternyata bisa cari harga pesawat yang termurah ya?

    Ruteng memang cantik sekal. Terima kasih infonya mas.

  13. jadi kangen pulang kampung.. ruteng memang indah.. hati selalu tentram dan damai berada disana.. thx mas sudah mempromosikan ruteng, foto2nya keren bro. ada satu mesjid besar di ruteng bro letaknya di deket bandara, kalau yg di alun-alun itu hanya mushola kecil. kangen dentangan lonceng gereja setiap jam di Ruteng

  14. Hampir semua mahasiswa yg ada dikota besar dipastikan tamatan SMU Ruteng, karena inilah kota pelajar dari dulu. Mas, jangan lupa kunjunggi kec. Welak orong, kab. Manggarai Barat. Ada satu tempat yg dihuni oleh Ular semua.

  15. terimakasih sudah berkunjung mas…
    saya dari Ruteng..rumah saya persis di jalan menuju desa adat compang ruteng.
    sekali lagi terimakasih banyak…..
    neka rabo…

  16. Siiiip…
    Btw, saya kasi masukan sedikit ya, untuk beberapa informasi yang keliru tangkap sepertinya hehehe
    1. Di kampung Ruteng itu tidak ada kepala desanya. Yang ada itu tua adat yang biasa disebut Tu’a Golo. Sebutannya juga kampung Ruteng dan bukan Compang Ruteng. Karena Compang itu altar adat yang ada di depan rumah adat yang namanya Mbaru Gendang :-)
    2. Patung di depan Gereja Katedral Baru itu bukan patung Yesus tapi Patung Maria Assumpta/ Maria diangkat ke Surga. Nah, St. Maria Assumpta itu adalah pelindung Paroki Katedral Ruteng
    3. Klo yang ini bukan perbaikan tapi apresiasi. Foto-fotonya keren. Thx sudah bantu promosi kota Ruteng. Harusnya kemarin waktu ke Gereja Katedral, mampir di sekretariat Paroki. Ada saya di sana hihihi

    Salute

  17. Itu daerah saya. memang sangat indah dan eksotis. mas, belum menjelajah ke lembah-lembahnya, kalau makin ke dusun makin eksotis. kalau ada kesan wajah kami serem atau keraa,ya memang begitu. alam yang keras membentuk karakter kami seperti itu. tapi hati kami lembut dan sangat wellcome dengan pelancong atau tamu.

  18. baca tulisan ttg ruteng di blog ini jd ingin pulang ruteng… thanks atas tulisannya… oh iya yg tanya ttg Ulumbu, itu dekat rumahku… sebuah mata air panas alami yg sekarang dimanfaatkan menjadi tenaga listrik uap…. berada di selatan kota ruteng… Foto2nya keren…. thanks atas promox ttg ruteng…. :)

  19. Makasih telah membuat tulisan dan foto tentang kota kelahiran saya, Mas :D
    Iya Ruteng itu kota kecil dengan seribu gereja tetapi kami sama sekali tak kenal yang namanya SARA :D
    Salam hangat

  20. Foto Katredal Ruteng lama itu entah kenapa di mata saya nampak bagus Mas. Apalagi ada obyek manusia di depan gereja. Serasa menguatkan pesan bahwa manusia itu kecil di hadapan Tuhan, hahaha.

  21. gue nyesel baca postingan ini… nyeselll…
    gue jadi kepikiran ubah itinerary (lagi deh aaaaah)

    wiraaaaaaaaa….. menyebalkaaaannn :(((

  22. Jadi kangen Ruteng… kangen senyuman orang-orangnya, dan sampai sekarang masih nyesel karena nggak beli kain tenun ikat di pasar waktu itu. Cuma beli syal doang.

  23. Ruteng kotaku..jadi kangen :) lihat katedral jadi kangen sekolahanku dulu yg deket katedral.. Lihat sawahnya jd kangen cancar..
    Cancar itu bagus lho..pemandangannya keren..
    Thx y

  24. Ruteng kotaku..jadi kangen :) lihat katedral jadi kangen sekolahanku dulu yg deket katedral.. Lihat sawahnya jd kangen cancar..
    Cancar itu bagus lho..pemandangannya keren..
    Thx y..

  25. kebetulan selalu ditugasin ke indonesia timur dan itu pengalaman yang menyenangkan kerja sambil liburan, salah satunya ke kupang..sedikit miris disana, terlepas dari itu kita semua bersaudara

  26. Iya, ruteng memang isinya orang yg ramah dan hangat. Sehari dua hari aja udah langsung akrab n berasa udah punya emak bapak angkat. Hehe. Sy 3 tahun tugas d sana :) dan ttp ga bisa ilang semua kenangan ttg ruteng. Kalo di tanya “pengen pilih te4 liburan yg spt apa” dengan yakin sy jawab, ruteng t4 yg tepat. Hehehe. Coba mas lebih lama d sana, mas bs jln2 ke air terjun di desa tengku lese. Tpi medanx lumayan juga sih.

  27. Liat web mas wira makin penasaran mengunjungi Ruteng. Suami saya lahir dan besar di Ruteng, tapi saya belum pernah ke Ruteng (katrok nih), baru sampai Labuan Bajo. Dalam waktu dekat harus bisa mudik ke Ruteng. =). Thanks untuk foto-fotonya yang keren, semoga makin banyak orang yang mengunjungi Ruteng.

  28. keren smua fotonya,,,, hehehehehe
    sy jg pernah jln” ke ruteng.
    sekedar info, masjid dsna ada dua mas. masjid yg baru dibangun ad dket lapangan, klo yg lama ada di deket kantor PU/ daerah cuncalawar. greja protestan cm 1 yg gw liat. paling byk greja katholik.

    pokokny keren n dingin bgt dsna.

  29. keren tulisannya mas.. baca tulisan ini jadi pengen pulang kampungg…. air mata jadi mengalir derass nee.. heehehee.. TABE..

  30. Amazing mas foto2nya..copied ya mas buat koleksi. Hehe..
    Thanks buat postingannya yg super cool..ces (dingin)..

  31. Flores Luar Biasa,,,,,
    Ternyata Banyak Keindahan Yang Tersembunyi Di Dalamnya,,,,
    Love U Flores Land….

  32. Makasi, daerah kami uda d postingin..
    Kalau nnti k ruteng lgi kabarin aja mas, aq siap kok jadi pemandu, krna masih banyak t4 yang mas kaya belum sempat potret tentang ruteng.

  33. Ini kampungku mas, thx udah promosiin kota kecil ku jgn lupa balik lagi ke Ruteng ya Mas, sebenarnya masih banyak yang indah2 mas, ga cukup sehari, belum.destinasi wisata ke arah timur flores juga bagus2 mas destinasi wisatanya, sekali lagi Thx sudah promosi Ruteng

  34. Sebuah ulasan yang nyata dan menarik.Terimakasih bang atas waktunya untuk explore flores. Mohon maaf, satu keterangan disini mungkin keliru atau mungkin saya yang keliru bang ” wae rebo in nusa tenggarabarat”. Sebenarnya ” wae rebo in nusa tenggara timur”. Karena, kampung ini letaknya di kab. Manggarai pulau flores yang secara administratif merupakan prop. NTT.
    trimakasi

  35. Selamat malam mas wira,, terimakasih sudah potret kota kecilku Ruteng. Izin share fotonya ya untuk tugas konservasi lingkungan di UNY. sumbernya saya cantumkan alamat blognya mas wira. Boleh ya Mas??? :), :) ^_^

  36. Bang Wira,

    Maaf baru dibaca blog nya.
    Boleh dong ajak sekali – sekali berbagi prngalaman mengelilingi indahnya indonesia. Maklum masih sendiri blom berani jauh – jauh.

  37. Foto-fotonya luar biasa bang. Saya rencana mau ke Ruteng pertengahan Mei tahun ini, apa ada resource bagus mengenai tempat-tempat yang bisa dikunjungi disana/ kontak lokal? Thanks

  38. RUTENG…kenangan indah tak terlupakan. Natural, eksotik, ramah, sejuk dan damai. Satu tempat yg bisa kita temui banyak bule selain di Bali. Aq nemu website/blog ini krn kangen dg Ruteng. 18/1/2013 to 21/3/2015 pernah tugas di KPPN Ruteng lengkap boyong isteri dan 2anak smp dan sd. Foto”nya bening bingit, jd pengen mampir Ruteng kapan”
    Satu hal yg melengkapi Ruteng tidak akan pernah terlupakan, kepala kantorku yg sekampung dr Bali berpulang ke rumah tuhan 7/9/2014. Yth bapak Bupati membantu semuanya hingga tuntas. RUTENG…miss u so much

  39. Tulisan ini buat rindu kampung halaman saya ? saya lahir dan besar di ruteng tapi orangtua saya dari pulau jawa. Di Ruteng kita diajarkan untuk toleransi menghargai tnpa ada perbedaan meskipun saya juga minoritas di ruteng. Terimakasih mas sudah menulis tentng keindahan kota Ruteng ?

Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')