Last Stop in Tohoku : Yamagata & Fukushima

4

Tempat pertama yang saya kunjungi di Yamagata prefecture adalah Rissahku-ji Temple di Yamadera. Salah satu kuil paling penting di Tohoku Region. Kabarnya kuil ini sudah ada sejak tahun 860!

Dari Yamadera Station untuk sampai di kuil ini hanya lima menit berjalan kaki. Tapi ternyata saya salah, itu bukan Rissahku-ji. Melainkan Konpunchudo Temple.

1015 anak tangga

Rissahku-Ji berada di atas gunung sana. Hanya 1015 anak tangga untuk menuju ke atas. Iya betul, seribu plus lima belas anak tangga!

Tapi sebelum naik, saya makan siang dulu di bawah. Banyak yang menjual makanan di sekitar kuil. Apalagi sate mirip cilok ini yang namanya Tama Konnyaku. Makanan sebesar bola ping-pong ini teksturnya mirip karet dicampur jelly. Agak kenyal. Tak ada rasa namun Konnyaku versi Yamagata ini dimarinate oleh kuah soy sauce dan diberi saus mustard. Makanan beratnya adalah nasi dengan sukiya isi daging, bawang,  dan ketela. Carbo loading sebelum menanjak!

Makan siang sebelum menanjak

Membayangkannya saja sudah lelah. Namun saya tetap melangkah. Karena suhu lumayan dingin dan pepohonan rindang, keringat jadi terkontrol. Ternyata tidak secapek yang dibayangkan. Terlihat anak kecil dan kakek-nenek yang juga sedang menapaki tangga. Saya jadi tak mau kalah. Mungkin kalau sedang musim panas lain lagi ceritanya.

Adem sepanjang perjalanan

Selain pohon-pohon besar berumur ratusan tahun, juga banyak batu yang berbentuk unik dan patung-patung khas kuil jepang sepanjang tangga. Ada beberapa tempat peristirahatan untuk rehat sejenak. Sekitar setengah jam kemudian, saya pun sampai di atas. What a view!

Hampir sampai
risshakuji temple

Nanyo Chrysanthemum Festival

Bunga sakura mungkin identik dengan jepang. Banyak orang ingin ke Jepang hanya untuk menyaksikan bunga ini waktu musim semi. Cantik banget sih memang. Selain Sakura, ada satu bunga terkenal di Jepang yang juga dianggap sebagai bunga nasional Jepang. Ya betul, bunga itu adalah Chrysanthemum!

Bacanya agak susah yah. Chry-san-the-mum.

Nah di Yamagata Prefecture, tepatnya di kota Nanyo, setiap musim gugur ada festival yang menampilkan warna-warni bunga ini. Ada juga sebuah boneka dari tokoh cerita rakyat Jepang bernama Kaguya yang merupakan seorang putri dari bulan yang turun ke Bumi. Di sini, Kaguya dihiasi oleh 1200 bunga chrysanthemum pada gaunnya!

Boneka Kaguya dengan 1200 bunga chrysanthemum yang masih hidup

Saya jadi ingat anime Naruto yang juga mengangkat cerita Kaguya. Sayangnya di Naruto Kaguya berubah jadi antagonis karena kesalahan manusia sendiri. Terpaksa Naruto yang punya kekuatan ‘rubah ekor sembilan’ harus menghentikannya. *lah jadi bahas naruto :))

Di festival ini selain menampilkan bunga Chrysanthemum, juga ada banyak bunga lain seperti morning glory. Bunga Chrysanthemum yang bisa jadi bahan campuran teh ini ternyata cantik sekali. Sayang waktu saya sampai ke venue festival hari sudah mulai gelap.

Bunga morning glory

Selain bunga-bunga, banyak juga stan-stan yang menyajikan kearifan lokal khas Yamagata. Seperti ada stan yang mengajarkan merangkai bunga, stan jajanan, dan tempat menarik lainnya.

Berfoto dengan warga lokal

Fukushima Prefecture

Setelah dari Yamagata dan sebelum kembali ke Tokyo, saya bertolak menuju Fukushima. Ini adalah prefektur terakhir di Tohoku yang saya kunjungi. Karena harus mengejar shinkansen menuju Tokyo di sore hari, hanya ada tiga tempat yang saya kunjungi : Tsurugajo Castle, Suehiro Sake Brewery, dan Desa Ouchijuku.

Danau Inawashiro

Saat menuju kastil Tsurugajo di kota Aizuwakamatsu, saya melewati Danau Inawashiro. Danau ini adalah danau terbesar keempat di Jepang. Ia juga populer dengan sebutan Tenyo-ko, yang artinya danau cermin surga. Karena ia memantulkan pemandangan Gunung Bandai dengan sangat sempurna di airnya. Namun sayang, hujan deras membuat saya tak bisa melihat danau yang terletak di tengah-tengah Fukushima ini. 

Kastil Tsurugajo

Kastil ini dibangun pada tahun 1384. Sudah lama sekali! Tapi ternyata sebetulnya kastil ini sudah hancur dan ini hanya replikanya saja. Namun batu fondasi dibawah dan sekitar kastil masih asli!

Beberapa kali perang, kastil ini telah berpindah-pindah tangan. Termasuk pernah dikuasai oleh Date Masamune, seorang panglima perang tersohor yang patungnya saya lihat diabadikan di kota Sendai.

Kobayashi-san, driver kami selama perjalanan saya di Tohoku bersama JNTO ini senang bukan kepalang. Karena Sendai ini adalah kota kelahirannya. Jadi malam itu dia bisa pulang sebentar ke rumah orang tuanya.

Foto bentuk terkahir kastil sebelum di rekonstruksi seperti sekarang

Sekarang, kastil Tsurugajo menjadi salah satu museum yang menyajikan sejarah Jepang. Mulai dari tentang Edo period, Shogunate, Samurai,  hingga kebudayaan Jepang pada masa lampau. Semua disajikan di dalam lima lantai kastil yang megah ini. Yang paling membuat saya terkesan adalah waktu bagian penjelasan tentang Harakiri, tradisi bunuh diri para tentara karena malu kalah perang atau pemimpinnya yang tewas duluan. Mengerikan sekaligus mengagumkan.

Guide saya Moe-San (tengah) menjelaskan dengan sangat baik
Ilustrasi Harakiri
Kuil kecil depan kastil  

Hujan masih saja mengguyur kota Aizu Wakamatsu. Setelah dari kastil, hanya sekitar 5 menit naik taksi saya berpindah ke Suehiro, salah satu tempat pembuatan sake yang paling terkenal se-Tohoku raya. Walaupun saya tak bisa minum sake, saya juga ingin lihat bagaimana minuman khas Jepang ini dibuat di tempat yang sudah ada sejak 1850!

Beras yang berbeda menghasilkan jenis sake yang berbeda pula

Setelah sedikit belajar, saya tahu bahwa ternyata sake ini bukanlah jenis wine atau bir. Ia merupakan fermentasi dari beras. Tepatnya ada dua kali fermentasi. Pati beras diubah jadi gula baru kemudian berubah jadi alkohol. Hasilnya menjadi minuman yang sangat lembut dan aromatik. Itu kata kawan saya yang mencoba sih ehehe.

Rahasia lain dari Suehiro adalah mereka menggunakan air pegunungan sehingga rasanya jauh lebih manis. Tour guide-nya bilang kalau pakai air yang lain akan berbeda rasanya.

Di lantai kedua juga ada sedikit museum kecil yang memamerkan ruangan khas berkumpul dan minum sake pada zaman dahulu.

Sesi percobaan sake sebelum masuk toko
Rumah tua jepang di lantai 2
Penyimpanan Sake

 Perhentian terakhir saya di Tohoku ini adalah Desa Ouchijuku. Dahulu pada zaman Edo, para traveler yang ingin melakukan perjalanan dari kota Aizu ke kota Nikko harus taat kepada peraturan shogunate : harus berjalan kaki! Makanya pada waktu itu banyak sekali toko dan tempat peristirahatan di area Ouchijuku ini. Saat ini, Ouchijuku sudah direstorasi menjadi seperti shopping arcade dengan tampilan yang mirip seperti zaman Edo.

Ouchijuku

Rumahnya menggunakan atap tradisional dengan jerami, yang katanya bisa lebih kuat menahan salju daripada genting konvensional modern. Atap jerami juga memungkinkan suhu terjaga tetap normal pada musim dingin ataupun panas. Tak ada kabel listrik atau kabel telepon yang mengganggu sehingga betul-betul seperti masa lampau.

Untuk menuju Ouchijuku, stasiun terdekat adalah Yunakami Onsen yang bisa dicapai dengan kereta dari kota Aizu. Dari situ, kamu harus naik taksi sekitar 10-15 menit untuk menuju kesini.

Satu yang harus kamu coba waktu ke sini. Mie Soba di Restoran Misawaya! Antriannya memang luar biasa kalau sedang ramai. Namun percaya saya, ini Soba terbaik yang pernah saya makan!

Mie soba yang terbuat dari gandum ini sangat lembut. Disiram dengan kuah soyu panas dan disajikan dengan berbagai macam tempura ini luar biasa enaknya. Ditambah udara dingin plus hujan makin menambah kenikmatan mie Soba ini! Letak restoran ini ada dekat di gerbang masuk area Ouchijuku. Pastikan kamu tidak melewatkannya!

Slurpppp!

Hari semakin sore, saya pun bergegas untuk kembali ke kota dan mengejar Shinkansen kembali menuju kota Tokyo!

Simak juga tulisan lainnya dari seri Autumn in Tohoku!

4 COMMENTS

Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')