Turnamen Foto Perjalanan – Ronde 3 : Potret

115

Sungguh sangat sulit untuk memilih satu pemenang ronde ketiga ini. Tapi, karena alasan untuk memilih pemenang adalah saya yang menentukan sebagai host, ada beberapa kriteria objektif yang saya ambil untuk penilaian yaitu :

  • Estetika :  Keindahan foto tersebut, bagaimana fotografer menempatkan subjek dan sekelilingnya dengan komposisi yang enak dilihat.
  • Cerita : Pertama, tentu harus sesuai tema. Foto harus bercerita dengan kuat, tanpa harus membaca caption. Caption hanya untuk pelengkap.
  • Impact : Faktor WOW saat melihat foto tersebut.
  • Keunikan : Foto adalah foto yang fresh, jarang terlihat.
  • Faktor X : Ini subjektif dari saya sendiri, saya kurang suka kalau melihat foto yang ada watermark atau unsur2 lain yang non fotografis. So, forgive me hehe.

Dan, yang memenuhi syarat di atas dengan nilai tertinggi adalah foto dengan judul Penenun Tradisi dari Om Giri Prasetyo!

Penenun Tradisi – Namanya Mama Pacuni, seorang wanita penenun kain dari Baubau, Buton, Sulawesi Tenggara. Usianya sudah sangat tua, dan tidak seorang anak atau cucunya yang bisa melanjutkan tradisi dari Kesultanan Buton ini. Mama Pacuni di kenal sebagai penenun tercepat di kawasan Benteng Kesultanan Buton, beliau mampu menenun kain selebar kurang lebih 2,5m dalam waktu 3 jam saja, denan 3 benang warna yang dikomposisi menjadi corak khas kain Buton. Ketika menghampiri rumahnya, beliau sedang mengerjakan corak kain untuk wanita (garis-garis untuk wanita, kotak kotak untuk pria).

Selamat untuk Giri Prasetyo, ditunggu ronde ke empat dengan tema yang lebih menarik!

  ****

[klik thumbnail untuk memperbesar]

Kembali lagi bersama Turnamen foto perjalanan!

Perkenankan saya, Wira, untuk menjadi host di ronde ketiga ini. Setelah menikmati pesona laut di ronde pertama hidangan lezat di ronde kedua, mari kita mulai ronde ketiga dengan tema : POTRET

Dalam setiap perjalanan, kita akan selalu menemukan hal-hal baru. Tempat baru, kuliner baru, orang baru dan cerita baru. Orang-orang baru yang kita temui pasti mempunyai cerita-cerita menarik. Cerita manis ataupun pahit yang dapat lebih mengingatkan kita akan destinasi tersebut.

Dalam ronde kali ini, tunjukan potret orang-orang itu dan cerita di baliknya. Tunjukan kisah, karakter, ekspresi, mood dan sorot mata mereka dalam sebuah POTRET.

Sekedar referensi, pemenang lomba foto National Geographic Traveler 2012 adalah kategori travel portrait. [link]

Buat beli buku, pak! Buat sekolah, pak! Kata-kata itu yang selalu terucap oleh anak-anak penjaja gelang di pantai selatan Lombok. Entah benar atau tidak kata-kata itu. Namun mereka teteplah anak kecil, mereka berjualan dengan senyuman yang tulus. Memang, mereka ini cukup mengganggu karena agak memaksa. Belilah beberapa untuk membantu mereka. ©wiranurmansyah.com

Submisi (12-19 September 2012)

Foto harus merupakan milikmu sendiri!!

Host foto potret-mu di situsmu sendiri. Web, blog, Flickr, Picasa, dsb, terserah. 

Submit foto pada kolom comment artikel ini dengan format berikut:

  • Nama/nama blog
  • Link blog
  • Judul/keterangan foto (max 1 paragraf)
  • Link foto (ukuran foto sekitar 600 px, jangan terlalu besar)

Tanggal submisi: 12-19 September 2012.

  • Ada kemungkinan foto yang kamu kirim akan di-re-host di web tuan rumah. Terutama kalau terlalu besar atau bermasalah.
  • Submisi lebih cepat lebih baik, sehingga fotomu bisa tertampil seatas mungkin, hehe.
  • Foto yang tidak patut tidak akan diupload di sini. Kebijaksanaan tuan rumah (misal: mengandung kebencian SARA, nyeleneh, menghina pihak lain).

Pengumuman pemenang: 2-3 hari setelah batas submisi.

Mengapa mengikuti Turnamen Foto Perjalanan?

  • Ajang sharing foto. Bersama, para travel blogger Indonesia membuat album-album perjalanan yang indah. Yang tersebar dalam ronde-ronde turnamen ini. Untuk dinikmati para pencinta perjalanan lainnya.
  • Kesempatan jadi pemenang. Pemenang tiap ronde menjadi tuan rumah ronde berikutnya. Plus, blog dan temamu (dengan link ybs) akan tercantum dalam daftar turnamen yang dimuat di setiap ronde yang mendatang. Not a bad publication :)

Siapa yang bisa ikut?

  • (Travel) blogger – Tak terbatas pada travel blogger profesional, blogger random yang suka perjalanan juga boleh ikut.
  • Setiap blog hanya boleh mengirimkan 1 foto. Misal DuaRansel yang terdiri dari Ryan dan Dina (2 orang) hanya boleh mengirim 1 foto total.
  • Pemenang berkewajiban menyelenggarakan ronde berikutnya di (travel) blog pribadinya, dalam kurun 1 minggu. Dengan demikian, roda turnamen tetap berputar!
  • Panduan bagi tuan rumah baru akan diinformasikan pada pengumuman pemenang. Jika pemenang tidak sanggup menjadi tuan rumah baru, pemenang lain akan ditunjuk.

Nggak punya blog tapi ingin ikutan?

  • Oke deh, ga apa-apa, kirim sini fotomu. Tapi partisipasimu hanya sebatas penyumbang foto saja. Kamu nggak bisa menang karena kamu nggak bisa jadi tuan rumah ronde berikutnya.
  • Eh tapi, kenapa nggak bikin travel blog baru aja sekalian? WordPress, tumblr, dan blogspot gampang kok, pakainya. Jangan pake multiply ya, karena multiply akan segera gulung kasur ^^.

Hak dan kewajiban tuan rumah:

  • Menyelenggarakan ronde Turnamen Foto Perjalanan di blog-nya
  • Memilih tema
  • Melalui social media, mengajak para blogger lain untuk berpartisipasi
  • Mengupload foto-foto yang masuk
  • Memilih pemenang (boleh dengan alasan apapun, kecuali KKN dan sogokan!)
  • Menginformasikan pemenang baru apa yang perlu mereka lakukan (panduan akan disediakan)

Daftar Turnamen Foto Perjalanan:

  1. Laut – DuaRansel
  2. Kuliner – A Border that breaks!
  3. Potret – Wira Nurmansyah
  4. ……..you are the next host!

Pendiri dan koordinator Turnamen Foto Perjalanan: Dina DuaRansel.com

Silahkan menikmati foto-foto yang sudah masuk.

Dan jangan lupa kirimkan fotomu paling lambat tanggal 19 September 2012!

****

1. Indra Setiawan – BackpackerBorneo

Keturunan Terakhir pemilik Rumah Banjar di Martapura yang sudah berusia ratusan tahun, nenek ini sendiri ketika ditanya mengaku berusia 100 tahun. Walau pendengaran sudah mulai berkurang namun beliau tetap ramah menyambut tamu yang datang untuk berkunjung.

 

2. Farchan Noor Rachman (@efenner)

Bapak ini adalah seorang penduduk Banyumas yang berbaik hati menunjukkan bangunan-bangunan peninggalan Kolonial Belanda di Banyumas..saya menghabiskan pagi bersama bapak tersebut, mengobrol banyak hal tentang sejarah Banyumas.

 

3. Harry_mdj  – little moments like this (@harry_mdj)

Mengintip malu-malu, dengan sorot matanya yang tajam dan fearless, ke arah kerumunan puluhan photographer di sisi luar rumah. Yupe, dia adalah salah satu Anak Gimbal/Gembel di Dataran Tinggi Dieng yang menjadi “celebrity” dadakan just before ritual/Ruwatan Pemotongan Rambut Anak Gimbal dimulai.

 

4. Greacesia Alexandra (@greaceal)

 

Kuda Keliling – Pantai Doublesix, Bali
Binar mata tulus nan murni itu menyinarkan namanya. Namanya Rainbow.
Kuda santun yang datang menghampiriku dan mendekati hidungnya untuk mengenaliku
Kuda anggun dalam kemasan tubuh kerdilnya dibalut otot tangguh yang mampu menimba berat tubuh
Kuda cantik dengan codet tangguh menghiasi bulu tubuhnya yang halus dan akrab untuk disentuh,
Namanya Rainbow

 

5. Sutiknyo – Lostpacker (@lostpacker)

Dua bocah Bali ini terlihat sedang asik bermain di sebuah bale bengong yang berada dalam komplek sebuah pura Besar jagadkarta pada saat sedang berlangsungnya Odalan Pura. Odalan adalah prosesi peringatan berdirinya pura. Pura ini juga merupakan salah satu dari 5 pura besar di luar Bali. Melihat saya bawa kamera malah mereka mengajak saya ikut bermain bersamanya. Saya suka senyum-senyum dari kedua bocah ini yang masih polos dan jujur. Mereka terlihat begitu riang sekali siang itu.

 

6. DebbZie – My Time Capsule

Seorang nenek yang menghabiskan hampir seumur hidupnya sebagai petani rumput laut di Bali. Meskipun gerak tubuh semakin lambat seiring bertambahnya usia dan sengatan terik matahari yang membakar kulit, namun dia tetap semangat menganyun jaring untuk menangkap gumpalan2 rumput laut yang dibawa ombak.

 

7. Yoesriant Tair 

Abdi dalam mungkin istilahnya kalau di keraton daerah jawa, tapi saya lupa menanyakan. Tugasnya kurang lebih sama, menjaga istana sultan Ternate, dan menjelaskan kepada para pengunjung yang datang..
Lokasi : Istana SultanTernate, Maluku Utara

 

 

8. Mira Afianti

Surabi yang disantap selagi masih hangat merupakan salah satu sarapan favorit warga kota Bandung. Dalam perjalanan saya ke Stasiun Kiara Condong, langkah saya terhenti ketika melihat ibu ini, yang dengan ramahnya menjajakan surabinya. Sepotong surabi seharga 1000 rupiah dan keramahan ibu ini bisa menghangatkan cuaca Bandung yang saat itu sedang dingin-dinginnya.

 

9. Shu Travelographer (@shu_travelphoto) 

Kuhampiri deretan gubuk yang berdiri dibawah perbukitan, dari kejauhan terdengar suara beberapa orang sedang merajut kain. Tampak seorang gadis disela-sela waktunya merajut ia masih menyempatkan membaca majalah tentang berita selebritis terhangat di Korea. Hmm.. ternyata demam korea tak hanya membius remaja di negeri kita, disebuah perkampungan suku karen berleher panjang (Kayan Lahwi) di pedalaman Thailand utara dekat perbatasan myanmar pun ikut terbius. Untuk penduduk paruh baya lainnya terlihat berpakaian khas mempertahankan tradisi leluruhnya. Sedangkan remaja-remaja yang beranjak dewasa tampak sekali berdandan dengan make up dilengkapi aksesoris dan fashion terkini mengikuti perkembangan zaman. Duniapun telah berubah :)

 

10. Aditya Wardhana (@wardhanaaditya)

Bagi saya, pantai adalah tempat liburan untuk bersenang-senang. Hal yang sama juga dirasakan oleh anak ini. Selesai ia membantu ayahnya menyandarkan dan membersihkan perahu, ia bermain di dermaga. Saat asyik bermain sendiri saya panggil ia dari atas dan sama-sama tersenyum. Sesudah itu saya pinjamkan kamera saya sebentar untuk dipakai bermain bersama.

 

11. Fetty Indria

Mereka para anak pelayan di AMed-Bali bercerita “kalau pagi kami sekolah, tapi sekolahnya jauuuhh banget, harus jalan kaki dengan jalan naik-turun bukit kak. Kami main di pantai kalau sudah sore saja” Dan saya yang mendengarnya pun salut dengan mereka yang masih gigih bersekolah walaupun sekolahnya sulit dijangkau. Lokasi : Amed – Bali

 

12. Astri Apriyani (@atre7)

Ada seorang anak perempuan manis yang saya temui di Kawah Sikidang, Dieng. Nama anak ini Dewi. Asalnya, jujur saya lupa. Yang jelas tidak jauh dari Banjarnegara. Rambutnya kelihatan awut-awutan, berantakan, menggimbal. Ia digendong ibunya yang sedang asyik bicara pada teman-teman saya. Ibu itu bicara banyak sekali soal kenapa rambut Dewi bisa menggimbal. Sementara, Dewi sendiri asyik melamun. Rasanya, ia sama sekali tidak tertarik pada keramaian di sekitarnya. Mungkin Dewi cuma mau makan manisan, …atau tidur?

 

13. Ipungmbuh

“Solidaritas kosmis” Nelayan di pantai pedalaman Lampung Barat. Terlihat bersahaja mencari ikan, hidup sederhana dan selaras dengan Alam. Tidak mengambil berlebihan dari apa yang dia butuhkan. Kesederhanaan yang terlihat dari gurat wajahnya. Memandang wajahnya, seperti melihat contoh nyata sebuah bentuk “solidaritas kosmis.”

 

14. Jeri kusumaa – Jejalan

Seorang ‘Grand Master’ Jalanan mencoba mengadu ilmu dan peruntungan disaat banyak warga berkumpul menunggu malam puncak ritual Kasada di Bromo. Dengan menukar sejumlah tiga ribu rupiah uang Anda, beliau akan melayani catur tiga langkah ‘mati’. Jika beruntung memenangkan permainan, Anda akan mendapatkan tiga puluh Lima ribu rupiah sebagai tanda pengakuan kehebatan Anda.

 

15. Lia Sirait

Anak Honduwe — Ada yang menyebut Honduwe ada yang pula yang menyebut Ondewey , pantai yang meski cuaca saat itu sedang mendung, namun tetap memukau. Anak ini bersama beberapa teman seusianya sedang bermain-main air, berenang di pantai yang bagaikan kolam renang tak berujung. Wajahnya memancarkan kebahagiaan sederhana khas anak-anak. (Wakatobi, 2010)

 

16 . Adhitya Pratama

Smile. Siapa yang tidak ikut bahagia melihat senyum bocah kecil satu ini. Senyum lepas dari sebuah wajah imut tanpa deretan gigi-gigi kecil. Begitupun gue, ketika di suatu pagi gue dapat menangkap sebuah senyuman bocah kecil ini dalam sebuah jepretan kamera ponsel sederhana. Setiap gue lihat Poto ini, gue selalu bertanya, “Seberapa sering sih gue tersenyum lepas seperti itu? Happy!!!! ”

 

17. Giri Prasetyo – Phodeographer ( @Giri_Prasetyo )

Judul: Penenun Tradisi
Caption : Namanya Mama Pacuni, seorang wanita penenun kain dari Baubau, Buton, Sulawesi Tenggara. Usianya sudah sangat tua, dan tidak seorang anak atau cucunya yang bisa melanjutkan tradisi dari Kesultanan Buton ini. Mama Pacuni di kenal sebagai penenun tercepat di kawasan Benteng Kesultanan Buton, beliau mampu menenun kain selebar kurang lebih 2,5m dalam waktu 3 jam saja, denan 3 benang warna yang dikomposisi menjadi corak khas kain Buton. Ketika menghampiri rumahnya, beliau sedang mengerjakan corak kain untuk wanita (garis-garis untuk wanita, kotak kotak untuk pria).

 

18. Antho Riyanto

Judul: Bule & Kelapa Muda
Saat itu, cuaca amat terik di Pulau Liukang Loe, Tanjung Bira. Gw dan travelmate gw, Riri, meminta sang pemilik penginapan untuk memetikkan kami kepala muda. Kita berdua menyeruput air kelapa muda yang segar dan kemudian mulai mencungkil-cungkil dagingnya. Aimee, bule asal Belanda, yang saat itu sedang sunbathing mendatangi kami keheranan dan bertanya “Do you really eat what’s inside the coconut?”. Kita berdua serempak meminta sang pemilik penginapan untuk memetikkan sebuah kelapa muda lagi. Kemudian memberikan kelapa muda itu kepada Aimee. Diapun mulai asik sendiri menikmati daging kelapa muda di tepi pantai. Kemudian dia berteriak “Never been eat this and it’s delicious!”

 

19. Adam dan Susan – PergiDulu ( @PergiDulu )

Judul: The Simple Life

In the hills around the dusty town of Kalaw in northern Burma live tribes of people who have little contact with tourists. I trekked for three days between two towns sleeping in a local person’s house and in a monestry and at lunch one day was invited to sip tea with this lovely lady. I never did get to know her name, but her smile is the one memory of her that I will never forget.

 

20. Husni Mubarak Zainal ( @justHityou )

Judul: those second moment.

Di suatu siang, pertengahan bulan November dua tahun yang lalu, saya sedang berada di pelataran gereja di Sa Pa – Vietnam. Mencoba berteduh dari sengatan matahari siang itu yang sangat kontras dengan cuaca Sa Pa yang dingin. Tak lama kemudian ekor mata saya menangkap geliat seorang gadis kecil yang berusaha menjual souvenir sembari menggendong adik bayinya kepada sepasang turis eropa yang tengah berfoto. Sayang hanya penolakan yang dia dapatkan. Turis berlalu pergi dia pun juga memutar arah. Ekspresi sedih dan kecewanya sungguh menyentuh saya. Sedetik saya mengabadikannya dalam kamera, kemudian memanggilnya. Dagangannya yang berupa lima buah gantungan mungil hasil rajutan ibunya saya beli… “sengkuuu” dia berujar, dahi saya mengkerut berusaha mengartikan… “Thankyou” dia kembali melafalkan, dalam bahasa inggris yang lebih jelas…

Saya tertawa, dia pun juga…
Kami berdua pulang membawa cerita :)

 

21. Dina – DuaRansel ( @DuaRansel )

Sepeda motor butut kami melaju terbatuk-batuk di sebuah perempatan di Phonsavanh, Laos. Phonsavanh adalah ibukota Provinsi Xieng Khouang yang tanahnya masih tercemar berat dengan bom-bom peninggalan Perang Rahasia 40 tahun yang lalu. Bom yang hingga kini masih membunuh rakyatnya serta mencekik perekonomiannya. Di perempatan berdebu ini, sebuah keluarga tampak tersebar di sudut-sudutnya. Masing-masingnya menjajakan tumpukan buah-buahan dan sayur-mayur. Dua anak balita menunggui beberapa keranjang besar. Ibunya tak jauh dari sana. Di seberang jalan, seorang gadis kecil menarik perhatianku. Ia duduk seorang diri. Masih berseragam sekolah: kemeja putih dengan sarung panjang yang berhias di pinggir bawahnya. Masih lengkap dengan tas sekolahnya. Timun dan pisang adalah jajaannya. Namun pikirannya berada di tempat lain. Matanya menerawang jauh. Entah apakah yang ada di benaknya.

 

22. Reni Fatmasari – Renifa 

“Karena aku seorang ibu..ini demi anak-anak ku di rumah.. Tak apalah aku harus mempertaruhkan nyawa dengan berdiri tepat di mulut kawah Bromo yang terkadang masih bersasap ini. Entah harus bagaimana lagi aku menghidupi mereka.. Tak apa aku pungut hasil bumi yang mereka lempar ini, tak apa aku harus berlari mendekati kawah untuk berebut dengan orang-orang takberuntung lainnya itu.. Mungkin mereka sama sepertiku, tak beruntung.. Dan semoga nanti aku bisa pulang dengan membawa beberapa ikat sayur walau sudah bercapur pasir.. Tapi sekali lagi, tak apa.. Aku hanya ingin anak-anakku bisa makan, mereka tidak perlu tahu bagaimana aku mendapatkannya.. Ini untuk mereka, Karena aku seorang ibu..”

– Upacara Kesada, Bromo 14082011 –

 

23. Philardi Ogi – MainMakan

“Nek e Rante”, begitu ia memperkenalkan dirinya. Setiap orang yang pernah ke desa Pallawa pasti pernah terkesan dengan Nek e Rante yang setiap hari berdiri di depan rumah Tongkonannya untuk menjajakan souvenir khas Toraja. Ia tak segan mengajak kita kedalam Tongkonannya dimana didalamnya sudah berjejer rapi pilihan souvenirnya yang di dominasi Tau tau (Boneka personifikasi jenazah). Menurut tukang ojek saya, Nek e Rante adalah nama panggilan yang artinya neneknya-Rante. Bisa jadi cucunya bernama Rante atau juga Rante dalam bahasa Toraja artinya “Pelataran duka” (CMIIW) dimana biasanya rante adalah tempat ditaruhnya Tau-Tau setiap makam.

 

24. Dinoy

Penjual Ketan Bakar

Di antara keriaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Bundaran Hotel Indonesia hari Minggu lalu, 09 September 2012, Bapak ini hadir dengan sederhana menjajakan ketan bakar. Tak mau kalah dengan keriuhan pesepeda, pejalan kaki, penjual otak-otak, dan remaja-remaja yang baru saja melakukan flash mob, ia dengan percaya diri hadir menjajakan sarapan sederhana ini. Ketan bakar dibubuhi bubuk gurihnya, hm, pas dinikmati di pagi hari. :)

 

 25. Fahmi – Catperku

Judul : Pak, beli esnya,,
Keterangan : Saya lupa apa nama es yang ada difoto ini, tetapi penjual dan es ini mengigatkan saya tentang masa kecil saya. Entah sudah berapa tahun lalu saya memakan es ini, yang jelas saya senang bisa menemukannya lagi di sebuah kota yang menjadi cikal bakal ibukota, Kota Tua Jakarta.

 

26. Anggafirdy – Menara Kayu (@anggafirdy)

Judul Foto : Khusyuk Meramu Sirih

Hari masih pagi kala saya menginjakkan kaki ke kawasan Malioboro, menikmati jalanan yang lengang sambil memperhatikan orang orang yang baru saja akan memulai aktivitas. Di salah satu bangku tembok di sisi utara Malioboro, saya bertemu dengan seorang nenek yang juga sedang duduk di situ. Matanya tiada beralih dari plastik kresek hitam di depannya. Kedua belah tangannya dengan cekatan bergerak, bagaikan sudah terbiasa. Dan tanpa menunggu lama, beberapa lembar daun sirih yang sudah bercampur dengan gambir dan kapur pun beralih ke dalam mulutnya.

Sambil mengunyah dia berkata kepada saya, “Nginang kuwi enak”.

 

27. Adil Wibowo (@adilwibowo)

Judul Foto : Pulang Mengaji

Saya sedang menelusuri pedesaan di kota Lampung saat tiba – tiba dari kejauhan saya melihat 2 anak yang sedang berlari dengan riang setelah pulang mengaji, andai saja semua orang bisa seperti kedua anak kecil ini, melakukan ibadah dengan senang hati tanpa paksaan.

 

28. Adityo Hardo Firmanto (@hardz3r0)

Judul Foto : Harus ku pikul beban ini sendiri..

Tergambar di dahinya guratan beban kehidupan. Dimana anak-anak seumurnya
dapat bermain dan bahagia menikmati masa kecilnya, sedangkan ia harus
memikul beban kehidupan. Kutemui dalam perjalanan menyusuri sudut kota
bandung yang ramai.

 

29. Travenesia

Ekspresi sang pawang dan monyet dalam aksi memukau Topeng Monyet di keramaian acara Malang Tempoe Doeloe. Potret ini merupakan salah satu gambaran betapa terkadang hubungan antara manusia dan hewan bisa menjadi saling menguntungkan (dari sisi lain). Potret ini pun hanya ada di Indonesia

 

30. Wisnu Yuwandono ( @dalijo)

Senyum bapak pengendara sepeda onthel yang ikut menyemarakkan Cultural Carnival dalam rangka pekan Tionghoa di jalan Malioboro, Yogyakarta. Senyum ramahnya seperti ingin menunjukkan bahwa Yogya memang berhati nyaman.

 

31. Christina Eka

Hey lihat, saya bisa memanjat sampai atas!!
Ketika anak kecil di kota besar sibuk dengan permainan masa kini, anak Ternate ini asyik bergumul dengan alam. Bermain dengan teman sebayanya. Berlarian di rerumputan dan berlomba memanjat pohon kelapa ditepi danau Tolire. Dan saya cukup lama terdiam ditempat. Hanya berdiri sambil melihat mereka bermain. Damai dan terasa indah.

 

32.Herkristi Kusumaningtyas

Judul foto: Hujan Beras
Keterangan: Setelah 3 kilometer berjalan kaki menuju Meleng, anak kampung dari Desa Cunca Wulang, kami disambut meriah oleh warga di sana. Sang Mama, selaku salah satu tetua adat menyambut kami di beranda rumah tua golo, dengan beras di tangannya dan petuah di bibirnya. Pelemparan beras ini adalah salah satu prosesi upacara penyambutan secara adat masyarakat Manggarai Barat di Nusa Tenggara Timur. Di bawah hujan beras itu, kami ber-27 telah diterima sebagai anak sekaligus partner kerja untuk program bakti masyarakat kami.

 

33. Ferzya – Pelangi Laut

Menatap dari balik pintu dengan rasa ragu, Nora, anak perempuan dari seorang kepala sekolah SD di Masohi menatap Vidy, teman saya, yang sedang membuka kenari untuknya.

 

34.Yunaidi Joepoet

Judul foto: Petani Rumput Laut

Keterangan:Matahari mulai menhilang di ufuk barat, sementara seorang petani rumput laut masih memeriksa kebun rumput lautnya di Pantai Timbis. Tak banyak yang tahu mengenai kebun rumput laut di pantai ini. Masyarakat lokal hidup dari hasil sebagai petani rumput laut, menggantungkan hidupnya dari rumput laut kontras dengan hingar bingar wisata di Pulau Dewata.

 

35. Helenamantra

Bocah dari Waba – Cici dan tiga kawannya adalah murid-murid SD di Desa Wana, Palu, Sulawesi Tengah. Desa ini terletak di atas gunung dengan akses terbatas. Bangunan sekolahnya pun hanya dari papan kayu yang kurang layak untuk belajar. Perlu waktu satu jam bagi kami menuju Wana dengan berjalan kaki untuk penyuluhan kesehatan dan ngobrol dengan bocah-bocah pemalu ini. Senyum mereka mengajarkan kami untuk selalu bersyukur dengan keadaan yang ada.

 

36. Nikma hidajati

“Anak Gimbal, Raja tanpa Mahkota dari Dieng”

Namanya, Reni. Secara tak sengaja kami menjumpainya dalam perjalanan menuju penginapan sepulang dari acara Dieng Culture Festival yang diselenggarakan pada 1 Juli 2012 kemarin.
Sementara teman-teman seperjalanan sibuk merayunya buat diajak foto bareng, saya justru tertarik untuk mengambil gambarnya saat sedang sendiri. Dan saat melihat hasilnya, saya sama sekali nggak menyesal. Totally love her expression!!

 

37. Fathurohman

judul : termenung dalam sendiri

anak lelaki kecil ini sebelumnya bermain air di pantai bersama 3 temannya, namun setelah dua temannya mendayung perahu kecil meninggalkannya tinggallah dia berdua bersama satu lagi temannya. mungkin tadinya dia dan teman kecilnya mau menyusul dua temannya yang sudah duluan bermain perahu dayung, tapi apa dikata seorang ibu yang sudah mulai tua memanggil teman si kecil ini.tanpa teman si kecil duduk termenung menatap pantai diatas perahu dayung.takut mengganggu lamunan si kecil maka ku tinggalkan saja dia seorang diri.

 

38. Kuntum Melati

Judul: A Shingle Smile

Namanya Lola (nenek) Donesia. Saya bertemu dan tinggal di rumahnya (Loyola, Surigao del Sur, Mindanao) awal bulan ini untuk mengetahui kehidupan masyarakat pesisir. Lola Donesia sudah menganyam nipa sejak 60 tahun yang lalu. Sehari dia bisa menganyam hingga 50 nipah, di mulai jam 5 pagi hingga menjelang malam ketika hari sudah gelap. Mayoritas masyarakat di sini masih mneggunaka Nipa untuk atap ruma. Satu shingle Nipa dihargai 60centibo (kurang dari Rp.250). Ketika pertama kali datang, saya sama sekali tidak bisa berbahasa Kamayo (dialek di sini) dan seringkali kami hanya bertukar pandang, tersenyum, lalu tertawa bersama. Mungkin kami sama sekali tidak mengerti satu sama lain, tapi rasanya begitu segar melihat senyum diantara kelelahan yang ia rasa. Sambil bergurau, orang-orang di sini menyimpulkan bahwa saya dari InDonesia dan ke sini mencari nenek saya yang hilang yaitu Donesia :D

 

39. Sukma Kurniawan  ( @sukmadede )

Judul: Dipangkuan Mama

Lembah Baliem adalah rumah bagi 3 Suku besar di Wamena, Papua yaitu Dani, Lani dan Yali.
Di Desa Obia yang didiami oleh Suku Dani, saya menyaksikan suatu upacara yang mereka lakukan secara turun temurun, yaitu Bakar Batu. Setelah selesai upacara mata saya tertuju pada anak kecil yang cantik ini. Ketika saya ingin memotretnya, diapun berlari dan duduk dipangkuan mamanya. Tampaknya dia tidak mau untuk difoto sendiri, tapi dia ingin saya untuk memotretnya dengan senyuman manis sang Mama.

 

40. Tival Godoras

Judul : | senyum trio

Mereka adalah anak-anak nelayan Bagan Percit, Kab. Serdang Bedagai, Medan. Ketika itu mengintip orang tua mereka yang sedang Bimbingan Teknis Penggunaan GPS untuk kapal operasional. Anak-anak itu beberapa kali mencoba menggoda saya untuk di foto dan HAP..!! *Cekrekk* ini foto mereka yg sedang mengintip sambil tersenyum itu :)

 

41. Elisabeth Murni – Ransel Hitam

 

Saya dan seorang kawan bertemu dengan mereka pada suatu sore nan dingin di Desa Dieng Kulon, Wonosobo, Jawa Tengah. Kala itu kami sedang berjalan kaki menuju Candi Dwarawati dan berhenti sejenak di tempat pembuatan manisan carica. Dengan senyum malu-malu, ketiga gadis kecil yang masih duduk di bangku SD ini mendekat saat kami panggil. Bibir dan pipi yang memerah alami tanpa perona khas masyarakat dataran tinggi membuat sahabat saya, Ika, tak tahan untuk mencubitnya dengan gemas dan berpose bersama. Mereka hanya tertawa. Lantas kamipun berjalan bersama sambil bertanya mereka hendak kemana. Rupanya mereka hendak pergi mengaji di salah satu masjid yang terletak di bawah candi.

 

42. Niken Andriani 

foto tiga tahun lalu..semoga masih bisa nampil di blog kakak wira yg ketjeh ini.

Judul: Penjaja makanan
Sumber hidup masyarakat sekitar Gunung Bromo salah satunya adalah menjual makanan dan minuman untuk para turis. Harga yang dijual tentu saja jauh lebih mahal daripada jika kita membeli minimarket. Tapi perjuangan mereka membawanya sampai ke puncak Bromo? itulah harga yang pantas.

 

43. Dwi Putri R


Tenganan Pegringsingan adalah salah satu desa adat yang dihuni oleh keturunan Bali Aga. Letaknya cukup nyelempit tersembunyi di balik perbukitan daerah Karangasem. Setiap bulan kelima penanggalan Bali (usaba sambah), gadis-gadis Tenganan Pegringsingan melakukan prosesi Manyunan, yaitu berayun di ayunan tradisional. Beramai-ramai mereka menghias rambut dan mengenakan tenun Pegringsingan, selembar kain yang bernilai tinggi baik dari segi materi maupun spiritual bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan.

 

44. Arif Rahman Fadillah (@arif__rf)

Judul Foto : Kebersamaan Keluarga

“Papa, aku sekarang sudah bisa jalan dong, walaupun masih dipegang papa”, mungkin ini yang akan dikatakan si balita kepada ayahnya. Dengan ekspresi polos dan lugu, si balita berusaha untuk melangkahkan kakinya menaiki anak tangga di salah satu lokasi di Dunia Fantasi, Jakarta. Tanpa keraguan dan penuh semangat belajar untuk berjalan, si balita berhasil mencapai selasar atas dari tempat itu.

 

45. Astrid Lumbantoruan

Judul: Bangga!

Keterangan:
Di suatu akhir pekan, gue dan teman-teman memutuskan untuk mengunjungi Monumen Nasional atau lebih dikenal sebagai Monas – landmark ibukota negara Indonesia. Dan kami bertemu banyak sekali rombongan anak sekolah dari SD hingga SMA yang sedang berkunjung.
Gue tertarik memanggil salah satu dari mereka yang sedang membawa bendera Pramuka (masih ingat kan dengan Pramuka? :D ) dan meminta dia berpose bersama temannya.
Salah langkah juga gue minta foto tanpa mengobrol terlebih dahulu, jadinya mereka tidak tersenyum di foto ini. Tetapi setelah berpose, mereka dengan lancar bercerita bahwa mereka adalah murid sekolah dari SD 261 Pekayon, Jakarta Timur. Mereka datang ke Monas untuk mengikuti acara Anti Tembakau dan dengan bangga mereka juga menambahkan “Kami satu-satunya SD di Jakarta yang diundang ke acara ini!”

 

46. M. Arif Rahman

Judul: Romantisme a la Baduy

Deskripsi:
“Bapak sayang ga sama istrinya?” Tanya saya kepada Pak Ralim tiba-tiba.
“Ya sayang dong, namanya juga istri.” Jawab Beliau sambil terkekeh.

Pak Ralim, adalah satu dari beberapa orang penduduk Baduy Dalam yang telah membuka diri kepada dunia luar. Obrolan hangat di siang itu, telah mengubah stigma saya terhadap Suku Baduy. Walaupun berada jauh di pedalaman yang jarang tersentuh, bukan berarti mereka membatasi pergaulan dari suku-suku lain. Meski memang masih ada beberapa pantangan dan adat yang harus dipenuhi.

“Pak, ga pengin punya istri banyak?” Saya pun bertanya usil ke Beliau.

“Buat apa, orang satu aja repot.” Jelasnya singkat “Dan ga habis-habis pula. Hehehe.”

“Tapi, kalau istrinya kayak Julia Perez gimana pak?”

Beliau diam, lalu senyum-senyum centil. Entah karena “pengin” sama Julia Perez, atau karena tak tahu tentang Julia Perez.

Wallahhualam Bissawab.

********

115 COMMENTS

  1. Nama : @harry_mdj
    Blog : harrymudjiarto.blogspot.com
    Link Photo : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=3629704707013&set=a.3546089856694.2135739.1405964522&type=3&theater
    Keterangan:
    Mengintip malu-malu, dengan sorot matanya yang tajam dan fearless, ke arah kerumunan puluhan photographer di sisi luar rumah. Yupe, dia adalah salah satu Anak Gimbal/Gembel di Dataran Tinggi Dieng yang menjadi “celebrity” dadakan just before ritual/Ruwatan Pemotongan Rambut Anak Gimbal dimulai.

  2. Nama/nama blog: Greacesia Alexandra / @greaceal
    Link blog: http://greaces.blogspot.com/
    Link foto: http://greaces.blogspot.com/2012/09/rainbow.html
    Judul/keterangan foto:
    Kuda Keliling – Pantai Doublesix, Bali
    Binar mata tulus nan murni itu menyinarkan namanya. Namanya Rainbow.
    Kuda santun yang datang menghampiriku dan mendekati hidungnya untuk mengenaliku
    Kuda anggun dalam kemasan tubuh kerdilnya dibalut otot tangguh yang mampu menimba berat tubuh
    Kuda cantik dengan codet tangguh menghiasi bulu tubuhnya yang halus dan akrab untuk disentuh,
    Namanya Rainbow

  3. Nama : Sutiknyo /@lostpacker
    blog : http://lostpacker.blogspot.com
    link Foto : http://twitpic.com/attzhy/full

    Keterangan :

    Dua bocah Bali ini terlihat sedang asik bermain di sebuah bale bengong yang berada dalam komplek sebuah pura Besar jagadkarta pada saat sedang berlangsungnya Odalan Pura. Odalan adalah prosesi peringatan berdirinya pura. Pura ini juga merupakan salah satu dari 5 pura besar di luar Bali. Melihat saya bawa kamera malah mereka mengajak saya ikut bermain bersamanya. Saya suka senyum-senyum dari kedua bocah ini yang masih polos dan jujur. Mereka terlihat begitu riang sekali siang itu.

  4. Nama: DebbZie

    Blog: http://debbzie.com

    Foto: http://pic.twitter.com/I0bp1SqY

    Keterangan:
    Seorang nenek yang menghabiskan hampir seumur hidupnya sebagai petani rumput laut di Bali. Meskipun gerak tubuh semakin lambat seiring bertambahnya usia dan sengatan terik matahari yang membakar kulit, namun dia tetap semangat menganyun jaring untuk menangkap gumpalan2 rumput laut yang dibawa ombak.

  5. Nama : Yoesriant Tair
    Blog : http://www.yoesrianto.blogspot.com
    keterangan :
    Abdi dalam mungkin istilahnya kalau di keraton daerah jawa, tapi saya lupa menanyakan. Tugasnya kurang lebih sama, menjaga istana sultan Ternate, dan menjelaskan kepada para pengunjung yang datang..
    Lokasi : Istana SultanTernate, Maluku Utara

  6. Nama : Mira Afianti
    Blog : http://poporina.blogspot.com
    Foto : http://fc01.deviantart.net/fs70/f/2011/198/f/a/surabi_by_poporina-d3zfbht.jpg

    Surabi yang disantap selagi masih hangat merupakan salah satu sarapan favorit warga kota Bandung. Dalam perjalanan saya ke Stasiun Kiara Condong, langkah saya terhenti ketika melihat ibu ini, yang dengan ramahnya menjajakan surabinya. Sepotong surabi seharga 1000 rupiah dan keramahan ibu ini bisa menghangatkan cuaca Bandung yang saat itu sedang dingin-dinginnya.

  7. Nama : Aditya Wardhana @wardhanaaditya
    Link blog : http://aditgoshgosh.wordpress.com/
    Link foto :
    http://aditgoshgosh.files.wordpress.com/2012/09/pulau-harapan-9.jpg
    Keterangan foto :
    Bagi saya, pantai adalah tempat liburan untuk bersenang-senang. Hal yang sama juga dirasakan oleh anak ini. Selesai ia membantu ayahnya menyandarkan dan membersihkan perahu, ia bermain di dermaga. Saat asyik bermain sendiri saya panggil ia dari atas dan sama-sama tersenyum. Sesudah itu saya pinjamkan kamera saya sebentar untuk dipakai bermain bersama.

  8. Nama : Fetty Indria
    Blog : http://www.mebackpacking.wordpress.com
    link foto : http://mebackpacking.files.wordpress.com/2012/02/anak-nelayan-amed.jpg

    Keterangan :
    Mereka para anak pelayan di AMed-Bali bercerita “kalau pagi kami sekolah, tapi sekolahnya jauuuhh banget, harus jalan kaki dengan jalan naik-turun bukit kak. Kami main di pantai kalau sudah sore saja” Dan saya yang mendengarnya pun salut dengan mereka yang masih gigih bersekolah walaupun sekolahnya sulit dijangkau

    Lokasi : Amed – Bali

  9. Nama: Astri Apriyani @atre7
    Nama blog: Philogynik dan Senja
    Link blog: http://renjanatuju.wordpress.com/Judul foto: Anak Gimbal
    Keterangan foto: Ada seorang anak perempuan manis yang saya temui di Kawah Sikidang, Dieng. Nama anak ini Dewi. Asalnya, jujur saya lupa. Yang jelas tidak jauh dari Banjarnegara. Rambutnya kelihatan awut-awutan, berantakan, menggimbal. Ia digedong ibunya yang sedang asyik bicara pada teman-teman saya. Ibu itu bicara banyak sekali soal kenapa rambut Dewi bisa menggimbal. Sementara, Dewi sendiri asyik melamun. Rasanya, ia sama sekali tidak tertarik pada keramaian di sekitarnya. Mungkin Dewi cuma mau makan manisan, …atau tidur?
    Link foto: http://www.flickr.com/photos/47601819@N08/6267887153/in/set-72157623313682675

  10. Nama : Jeri kusumaa
    Blog : http://jejalan.com/2012/09/13/grand-master-jalanan/

    Foto : http://lh6.googleusercontent.com/-xTgUEUBSTXQ/UFF_GLIY66I/AAAAAAAAArQ/TBzZEeb0TVY/s543/IMG_0159.jpg
    Seorang ‘Grand Master’ Jalanan mencoba mengadu ilmu dan peruntungan disaat banyak warga berkumpul menunggu malam puncak ritual Kasada di Bromo. Dengan menukar sejumlah tiga ribu rupiah uang Anda, beliau akan melayani catur tiga langkah ‘mati’. Jika beruntung memenangkan permainan, Anda akan mendapatkan tiga puluh Lima ribu rupiah sebagai tanda pengakuan kehebatan Anda.

  11. Nama/nama blog: Lia Sirait Link blog: http://lovablerisingstar.blogspot.comJudul/keterangan foto :
    Anak Honduwe — Ada yang menyebut Honduwe ada yang pula yang menyebut Ondewey , pantai yang meski cuaca saat itu sedang mendung, namun tetap memukau. Anak ini bersama beberapa teman seusianya sedang bermain-main air, berenang di pantai yang bagaikan kolam renang tak berujung. Wajahnya memancarkan kebahagiaan sederhana khas anak-anak. (Wakatobi, 2010)Link foto: http://1.bp.blogspot.com/-O4hXfQyKLLs/UFGIbtJOzgI/AAAAAAAAAXY/0HRHqN8NXgc/s400/2010+Juni+-+Anak+Tomia.jpg

  12. Nama : Adhitya Pratama
    Link Blog : http://siochoy.wordpress.com

    Smile

    Siapa yang tidak ikut bahagia melihat senyum bocah kecil satu ini. Senyum lepas dari sebuah wajah imut tanpa deretan gigi-gigi kecil. Begitupun gue, ketika di suatu pagi gue dapat menangkap sebuah senyuman bocah kecil ini dalam sebuah jepretan kamera ponsel sederhana. Setiap gue lihat Poto ini, gue selalu bertanya, “Seberapa sering sih gue tersenyum lepas seperti itu? Happy!!!! ”

    https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-prn1/s720x720/36507_3712108532261_1805316130_n.jpg

  13. Nama/nama blogLink blogJudul/keterangan foto (max 1 paragraf)Link foto (ukuran foto sekitar 600 px, jangan terlalu besar)
    Nama/nama blog : Giri Prasetyo/ Phodeographer
    Link Blog : http://www.phodeographer.blogspot.com
    Judul: Penenun Tradisi
    Caption : Namanya Mama Pacuni, seorang wanita penenun kain dari Baubau, Buton, Sulawesi Tenggara. Usianya sudah sangat tua, dan tidak seorang anak atau cucunya yang bisa melanjutkan tradisi dari Kesultanan Buton ini. Mama Pacuni di kenal sebagai penenun tercepat di kawasan Benteng Kesultanan Buton, beliau mampu menenun kain selebar kurang lebih 2,5m dalam waktu 3 jam saja, denan 3 benang warna yang dikomposisi menjadi corak khas kain Buton. Ketika menghampiri rumahnya, beliau sedang mengerjakan corak kain untuk wanita (garis-garis untuk wanita, kotak kotak untuk pria).
    Link Foto : http://i783.photobucket.com/albums/yy112/giriprasetyo/IMG_5144.jpg

  14. Nama: Antho Riyanto
    Blog: http://kucingbloon.wordpress.com
    Judul: Bule & Kelapa Muda
    Saat itu, cuaca amat terik di Pulau Liukang Loe, Tanjung Bira. Gw dan travelmate gw, Riri, meminta sang pemilik penginapan untuk memetikkan kami kepala muda. Kita berdua menyeruput air kelapa muda yang segar dan kemudian mulai mencungkil-cungkil dagingnya. Aimee, bule asal Belanda, yang saat itu sedang sunbathing mendatangi kami keheranan dan bertanya “Do you really eat what’s inside the coconut?”. Kita berdua serempak meminta sang pemilik penginapan untuk memetikkan sebuah kelapa muda lagi. Kemudian memberikan kelapa muda itu kepada Aimee. Diapun mulai asik sendiri menikmati daging kelapa muda di tepi pantai. Kemudian dia berteriak “Never been eat this and it’s delicious!”

  15. Nama: Adam dan Susan
    Blog: Pergi Dulu
    Blog Link: http://www.pergidulu.com
    Judul: The Simple Life

    In the hills around the dusty town of Kalaw in northern Burma live tribes of people who have little contact with tourists. I trekked for three days between two towns sleeping in a local person’s house and in a monestry and at lunch one day was invited to sip tea with this lovely lady. I never did get to know her name, but her smile is the one memory of her that I will never forget.
    http://www.pergidulu.com/blog/wp-content/uploads/2012/09/burmese-woman-kalaw-inle-lake.jpg

  16. Nama: Husni Mubarak Zainal
    Blog: http://www.justhityou.tumblr.com
    Judul: those second moment.
    Link photo: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=1736206803934&set=a.1735328661981.2101782.1201512945&type=3
    Di suatu siang, pertengahan bulan November dua tahun yang lalu, saya sedang berada di pelataran gereja di Sa Pa – Vietnam. Mencoba berteduh dari sengatan matahari siang itu yang sangat kontras dengan cuaca Sa Pa yang dingin. Tak lama kemudian ekor mata saya menangkap geliat seorang gadis kecil yang berusaha menjual souvenir sembari menggendong adik bayinya kepada sepasang turis eropa yang tengah berfoto. Sayang hanya penolakan yang dia dapatkan. Turis berlalu pergi dia pun juga memutar arah. Ekspresi sedih dan kecewanya sungguh menyentuh saya.
    Sedetik saya mengabadikannya dalam kamera, kemudian memanggilnya. Dagangannya yang berupa lima buah gantungan mungil hasil rajutan ibunya saya beli… “sengkuuu” dia berujar, dahi saya mengkerut berusaha mengartikan… “Thankyou” dia kembali melafalkan, dalam bahasa inggris yang lebih jelas…

    Saya tertawa, dia pun juga…
    Kami berdua pulang membawa cerita :)

  17. Nama: Dina DuaRansel
    Blog: DuaRansel
    Blog link: http://www.duaransel.com/
    Judul: Gadis sekolah penjual pisang di sudut jalanan berdebu
    Foto link: http://www.duaransel.com/wp-content/uploads/2012/09/Laos-Phonsavanh-A-young-banana-seller-600-2R.jpg

    Sepeda motor butut kami melaju terbatuk-batuk di sebuah jalanan di Phonsavanh. Phonsavanh. Sebuah kota mungil di Laos. Ibukota Provinsi Xieng Khouang yang tanahnya hingga kini masih tercemar berat dengan bom-bom peninggalan Perang Rahasia 40 tahun yang lalu. Bom yang hingga kini masih membunuh rakyatnya serta mencekik perekonomiannya.

    Di salah satu perempatan berdebu kota ini, sebuah keluarga tampak tersebar di sudut-sudutnya. Masing-masingnya menjajakan tumpukan buah-buahan dan sayur-mayuran. Di sudut terdekat, dua anak balita menunggui beberapa keranjang besar. Ibunya tak jauh dari sana. Di seberangnya seorang gadis kecil menarik perhatianku. Ia duduk seorang diri. Masih berseragam sekolah: kemeja putih dengan sarung panjang yang berhias di pinggir bawahnya. Masih lengkap dengan tas sekolahnya. Timun dan pisang adalah jajaannya. Namun pikirannya berada di tempat lain. Matanya menerawang jauh. Entah apakah yang ada di benaknya.

  18. Sepeda motor butut kami melaju terbatuk-batuk di sebuah perempatan di Phonsavanh, Laos. Phonsavanh adalah ibukota Provinsi Xieng Khouang yang tanahnya masih tercemar berat dengan bom-bom peninggalan Perang Rahasia 40 tahun yang lalu. Bom yang hingga kini masih membunuh rakyatnya serta mencekik perekonomiannya. Di perempatan berdebu ini, sebuah keluarga tampak tersebar di sudut-sudutnya. Masing-masingnya menjajakan tumpukan buah-buahan dan sayur-mayur. Dua anak balita menunggui beberapa keranjang besar. Ibunya tak jauh dari sana. Di seberang jalan, seorang gadis kecil menarik perhatianku. Ia duduk seorang diri. Masih berseragam sekolah: kemeja putih dengan sarung panjang yang berhias di pinggir bawahnya. Masih lengkap dengan tas sekolahnya. Timun dan pisang adalah jajaannya. Namun pikirannya berada di tempat lain. Matanya menerawang jauh. Entah apakah yang ada di benaknya.

  19. Nama : Reni Fatmasari
    Nama Blog : Renifa
    Link Blog : http://renifatmasari.blogspot.com/
    Judul foto : Kesada Membawa Berkah
    Link Foto : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1470114370013&set=a.1470030527917.42932.1748240021&type=3

    “Karena aku seorang ibu..ini demi anak-anak ku di rumah.. Tak apalah aku harus mempertaruhkan nyawa dengan berdiri tepat di mulut kawah Bromo yang terkadang masih bersasap ini. Entah harus bagaimana lagi aku menghidupi mereka.. Tak apa aku pungut hasil bumi yang mereka lempar ini, tak apa aku harus berlari mendekati kawah untuk berebut dengan orang-orang takberuntung lainnya itu.. Mungkin mereka sama sepertiku, tak beruntung.. Dan semoga nanti aku bisa pulang dengan membawa beberapa ikat sayur walau sudah bercapur pasir.. Tapi sekali lagi, tak apa.. Aku hanya ingin anak-anakku bisa makan, mereka tidak perlu tahu bagaimana aku mendapatkannya.. Ini untuk mereka, Karena aku seorang ibu..”

    – Upacara Kesada, Bromo 14082011 –

  20. Nama : Philardi Ogi
    Nama Blog : http://www.mainmakan.com
    Link Foto : http://www.mainmakan.com/wp-content/uploads/2012/02/erante.jpg
    Judul Foto : Nek e Rante

    “Nek e Rante”, begitu ia memperkenalkan dirinya. Setiap orang yang pernah ke desa Pallawa pasti pernah terkesan dengan Nek e Rante yang setiap hari berdiri di depan rumah Tongkonannya untuk menjajakan souvenir khas Toraja. Ia tak segan mengajak kita kedalam Tongkonannya dimana didalamnya sudah berjejer rapi pilihan souvenirnya yang di dominasi Tau tau (Boneka personifikasi jenazah). Menurut tukang ojek saya, Nek e Rante adalah nama panggilan yang artinya neneknya-Rante. Bisa jadi cucunya bernama Rante atau juga Rante dalam bahasa Toraja artinya “Pelataran duka” (CMIIW) dimana biasanya rante adalah tempat ditaruhnya Tau-Tau setiap makam.

  21. Nama : Dinoy
    Blog: dinoycute.blogspot.com
    link foto: http://dinoycute.blogspot.com/2012/09/penjual-ketan-bakar.html
    Keterangan:

    Penjual Ketan Bakar

    Di antara keriaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Bundaran Hotel Indonesia hari Minggu lalu, 09 September 2012, Bapak ini hadir dengan sederhana menjajakan ketan bakar. Tak mau kalah dengan keriuhan pesepeda, pejalan kaki, penjual otak-otak, dan remaja-remaja yang baru saja melakukan flash mob, ia dengan percaya diri hadir menjajakan sarapan sederhana ini. Ketan bakar dibubuhi bubuk gurihnya, hm, pas dinikmati di pagi hari. :)

  22. Nama : Fahmi
    Blog : http://catperku.info , http://catperku.blogspot.com
    Link Foto : http://4.bp.blogspot.com/-N3Cifd4DDmY/TyJ4cdKhomI/AAAAAAAAALQ/O9_m3i2vLuY/s640/Kota+Tua+Jakarta+%25283%2529.JPG
    Judul : Pak, beli esnya,,
    Keterangan : Saya lupa apa nama es yang ada difoto ini, tetapi penjual dan es ini mengigatkan saya tentang masa kecil saya. Entah sudah berapa tahun lalu saya memakan es ini, yang jelas saya senang bisa menemukannya lagi di sebuah kota yang menjadi cikal bakal ibukota, Kota Tua Jakarta.

  23. Nama : Anggafirdy (@anggafirdy)
    Blog : http://menarakayu.blogspot.com/
    Link Foto : http://twitpic.com/audur6
    Judul Foto : Khusyuk Meramu Sirih

    Hari masih pagi kala saya menginjakkan kaki ke kawasan Malioboro, menikmati jalanan yang lengang sambil memperhatikan orang orang yang baru saja akan memulai aktivitas. Di salah satu bangku tembok di sisi utara Malioboro, saya bertemu dengan seorang nenek yang juga sedang duduk di situ. Matanya tiada beralih dari plastik kresek hitam di depannya. Kedua belah tangannya dengan cekatan bergerak, bagaikan sudah terbiasa. Dan tanpa menunggu lama, beberapa lembar daun sirih yang sudah bercampur dengan gambir dan kapur pun beralih ke dalam mulutnya.

    Sambil mengunyah dia berkata kepada saya, “Nginang kuwi enak”.

  24. Nama : Adil Wibowo (@adilwibowo)

    Blog : adilwibowo.wordpress.com

    Link Foto : http://adilwibowo.files.wordpress.com/2012/09/img_32581.jpg?w=584

    Judul Foto : Pulang Mengaji

    Saya sedang menelusuri pedesaan di kota Lampung saat tiba – tiba dari kejauhan saya melihat 2 anak yang sedang berlari dengan riang setelah pulang mengaji, andai saja semua orang bisa seperti kedua anak kecil ini, melakukan ibadah dengan senang hati tanpa paksaan.

  25. Nama : Wisnu Yuwandono (@dalijo)
    Blog :
    http://tanpakendali.blogspot.com/
    Link foto :
    http://s3.amazonaws.com/files.posterous.com/temp-2011-02-13/tIHottuChsJlHqDghClAlEjCfpkFavqeodclhpFxtwxgBuFvtsCBdHaefjoz/cino_025.jpg.scaled1000.jpg?AWSAccessKeyId=AKIAJFZAE65UYRT34AOQ&Expires=1347808472&Signature=VOGsdLvZY1SwbVUgku643N8q2ZA%3D
    Senyum bapak pengendara sepeda onthel yang ikut menyemarakkan Cultural Carnival dalam rangka pekan Tionghoa di jalan Malioboro, Yogyakarta. Senyum ramahnya seperti ingin menunjukkan bahwa Yogya memang berhati nyaman.

  26. Blog : rereceh.blogspot.com
    Link foto : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10150377085958446&set=a.10150377080148446.380721.787258445&type=3&theater

    Judul/Keterangan : Hey lihat, saya bisa memanjat sampai atas!!
    Ketika anak kecil di kota besar sibuk dengan permainan masa kini, anak Ternate ini asyik bergumul dengan alam. Bermain dengan teman sebayanya. Berlarian di rerumputan dan berlomba memanjat pohon kelapa ditepi danau Tolire. Dan saya cukup lama terdiam ditempat. Hanya berdiri sambil melihat mereka bermain. Damai dan terasa indah.

  27. Nama: Herkristi Kusumaningtyas
    Link blog: http://kristikusumo.tumblr.com
    Judul foto: Hujan Beras
    Keterangan: Setelah 3 kilometer berjalan kaki menuju Meleng, anak kampung dari Desa Cunca Wulang, kami disambut meriah oleh warga di sana. Sang Mama, selaku salah satu tetua adat menyambut kami di beranda rumah tua golo, dengan beras di tangannya dan petuah di bibirnya. Pelemparan beras ini adalah salah satu prosesi upacara penyambutan secara adat masyarakat Manggarai Barat di Nusa Tenggara Timur. Di bawah hujan beras itu, kami ber-27 telah diterima sebagai anak sekaligus partner kerja untuk program bakti masyarakat kami.
    Link Foto: http://25.media.tumblr.com/tumblr_madz42LnNd1qdr7cho1_1280.jpg

  28. Nama : Woro Sekaringtyas
    Nama Blog : Geronimo
    Link Blog : http://gerominoss.blogspot.com
    Keterangan Foto : Malam bulan suci ramadhan lalu mempertemukan saya dengan
    beberapa anak jalanan. Saat melihat foto ini, saya selalu teringat ucapan
    mereka yang lebih besar kalau mereka tidak suka di suruh mandi. Mereka hanya
    ingin dirinya diterima apa adanya. 4 orang anak perempuan yang daritadi
    memperhatikan saya yang mengalungkan kamera, menghampiri dengan senyum
    cerah. Kelu hati ini mendengar pinta salah seorang diantaranya, “Kakak foto
    aku”.

  29. Nama : Woro Sekaringtyas
    Nama Blog : Geronimo
    Link Blog : http://gerominoss.blogspot.com
    Link Foto : http://imgur.com/frPpO
    Keterangan Foto : Malam bulan suci ramadhan lalu mempertemukan saya dengan beberapa anak jalanan. Saat melihat foto ini, saya selalu teringat ucapan mereka yang lebih besar kalau mereka tidak suka di suruh mandi. Mereka hanya
    ingin dirinya diterima apa adanya. 4 orang anak perempuan yang daritadi memperhatikan saya yang mengalungkan kamera, menghampiri dengan senyum cerah. Kelu hati ini mendengar pinta salah seorang diantaranya, “Kakak foto aku”.

  30. Nama : Yunaidi Joepoet
    Link blog : http://www.ranselkosong.com

    Judul foto: Petani Rumput Laut

    Keterangan:Matahari mulai menhilang di ufuk barat, sementara seorang petani rumput laut masih memeriksa kebun rumput lautnya di Pantai Timbis. Tak banyak yang tahu mengenai kebun rumput laut di pantai ini. Masyarakat lokal hidup dari hasil sebagai petani rumput laut, menggantungkan hidupnya dari rumput laut kontras dengan hingar bingar wisata di Pulau Dewata.

    Link Foto: http://2.bp.blogspot.com/-VEgI_4XuTjY/TxQ9JfkKp9I/AAAAAAAAA8w/DnpIcqeQwqo/s1600/rumputlaut+by+ranselkosong.com+.jpg

  31. hi, ikut turnamen yaa..

    Helenamantra

    twitter: @helenamantra

    blog:
    http://helenamantra.blogspot.com/2012/09/bocah-dari-wana.html

    link foto: http://2.bp.blogspot.com/-JiVb4N64qIo/UFgsBZla4tI/AAAAAAAAAh8/Zxk6GxYYD8s/s1600/IndonesiaMengajar-Wana-210412+%28117%29.JPG

    caption: Bocah dari Wana

    Cici dan tiga kawannya adalah murid-murid SD di Desa Wana, Palu, Sulawesi Tengah. Desa ini terletak di atas gunung dengan akses terbatas. Bangunan sekolahnya pun hanya dari papan kayu yang kurang layak untuk belajar. Perlu waktu satu jam bagi kami menuju Wana dengan berjalan kaki untuk penyuluhan kesehatan dan ngobrol dengan bocah-bocah pemalu ini. Senyum mereka mengajarkan kami untuk selalu bersyukur dengan keadaan yang ada.

  32. Hallo…
    Masih bisa ikutan turnamen foto perjalanan kan ya? *tengok kalender* :))

    Nama: Nikma Hidajati

    Nama blog: N-Corner
    Link blog: http://nindajati.blogspot.com

    Link foto: http://farm8.staticflickr.com/7277/7745568134_9297044b60_z.jpg

    Caption: “Anak Gimbal, Raja tanpa Mahkota dari Dieng”

    Namanya, Reni. Secara tak sengaja kami menjumpainya dalam perjalanan menuju penginapan sepulang dari acara Dieng Culture Festival yang diselenggarakan pada 1 Juli 2012 kemarin.
    Sementara teman-teman seperjalanan sibuk merayunya buat diajak foto bareng, saya justru tertarik untuk mengambil gambarnya saat sedang sendiri. Dan saat melihat hasilnya, saya sama sekali nggak menyesal. Totally love her expression!!

  33. Nama : fathurohman
    Blog : http://tjuputography.blogspot.com/2012/09/potret.html

    Foto : http://sphotos-g.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/295172_491398777539138_510063996_n.jpg

    judul : termenung dalam sendiri

    anak lelaki kecil ini sebelumnya bermain air di pantai bersama 3 temannya, namun setelah dua temannya mendayung perahu kecil meninggalkannya tinggallah dia berdua bersama satu lagi temannya. mungkin tadinya dia dan teman kecilnya mau menyusul dua temannya yang sudah duluan bermain perahu dayung, tapi apa dikata seorang ibu yang sudah mulai tua memanggil teman si kecil ini.tanpa teman si kecil duduk termenung menatap pantai diatas perahu dayung.takut mengganggu lamunan si kecil maka ku tinggalkan saja dia seorang diri.

  34. Mauu ikutan jugaaa ~_~

    Nama: Kuntum Melati
    Blog: http://tatumelati.blogspot.com/

    Foto: http://tatumelati.blogspot.com/2012/09/smile-for-shingle.html
    Judul: A Shingle Smile

    Namanya Lola (nenek) Donesia. Saya bertemu dan tinggal di rumahnya (Loyola, Surigao del Sur, Mindanao) awal bulan ini untuk mengetahui kehidupan masyarakat pesisir. Lola Donesia sudah menganyam nipa sejak 60 tahun yang lalu. Sehari dia bisa menganyam hingga 50 nipah, di mulai jam 5 pagi hingga menjelang malam ketika hari sudah gelap. Mayoritas masyarakat di sini masih mneggunaka Nipa untuk atap ruma. Satu shingle Nipa dihargai 60centibo (kurang dari Rp.250). Ketika pertama kali datang, saya sama sekali tidak bisa berbahasa Kamayo (dialek di sini) dan seringkali kami hanya bertukar pandang, tersenyum, lalu tertawa bersama. Mungkin kami sama sekali tidak mengerti satu sama lain, tapi rasanya begitu segar melihat senyum diantara kelelahan yang ia rasa. Sambil bergurau, orang-orang di sini menyimpulkan bahwa saya dari InDonesia dan ke sini mencari nenek saya yang hilang yaitu Donesia :D

  35. Judul: Dipangkuan Mama

    Lembah Baliem adalah rumah bagi 3 Suku besar di Wamena, Papua yaitu Dani, Lani dan Yali.
    Di Desa Obia yang didiami oleh Suku Dani, saya menyaksikan suatu upacara yang mereka lakukan secara turun temurun, yaitu Bakar Batu. Setelah selesai upacara mata saya tertuju pada anak kecil yang cantik ini. Ketika saya ingin memotretnya, diapun berlari dan duduk dipangkuan mamanya. Tampaknya dia tidak mau untuk difoto sendiri, tapi dia ingin saya untuk memotretnya dengan senyuman manis sang Mama.

    Foto: http://2.bp.blogspot.com/-eMJL51tLzcY/UFk5PqJ–QI/AAAAAAAAAec/2F6hetUo5z4/s400/IMG_1132.JPG

  36. Nama/nama blog : Tival Godoras

    Link blog: http://tipank.tumblr.com/

    Link foto :

    http://www.facebook.com/photo.php?fbid=3326600600612&set=a.1066339815505.2010947.1136325029&type=3&theater

    Judul : | senyum trio

    keterangan:

    mereka adalah anak-anak nelayan Bagan Percit, Kab. Serdang Bedagai, Medan. Ketika itu mengintip orang tua mereka yang sedang Bimbingan Teknis Penggunaan GPS untuk kapal operasional. Anak-anak itu beberapa kali mencoba menggoda saya untuk di foto dan HAP..!! *Cekrekk* ini foto mereka yg sedang mengintip sambil tersenyum itu :)

  37. Nama/nama blog: @elisabethmurni / ranselhitam

    Link blog: http://ranselhitam.wordpress.com/2012/09/19/kecantikan-alami-anak-anak-dieng/

    Judul/keterangan foto:
    Saya dan seorang kawan bertemu dengan mereka pada suatu sore nan dingin di Desa Dieng Kulon, Wonosobo, Jawa Tengah. Kala itu kami sedang berjalan kaki menuju Candi Dwarawati dan berhenti sejenak di tempat pembuatan manisan carica. Dengan senyum malu-malu, ketiga gadis kecil yang masih duduk di bangku SD ini mendekat saat kami panggil. Bibir dan pipi yang memerah alami tanpa perona khas masyarakat dataran tinggi membuat sahabat saya, Ika, tak tahan untuk mencubitnya dengan gemas dan berpose bersama. Mereka hanya tertawa. Lantas kamipun berjalan bersama sambil bertanya mereka hendak kemana. Rupanya mereka hendak pergi mengaji di salah satu masjid yang terletak di bawah candi.

    Link foto: http://ranselhitam.files.wordpress.com/2012/09/turnamen-foto.jpg

  38. foto tiga tahun lalu..semoga masih bisa nampil di blog kakak wira yg ketjeh ini.

    Judul: Penjaja makanan
    Sumber hidup masyarakat sekitar Gunung Bromo salah satunya adalah menjual makanan dan minuman untuk para turis. Harga yang dijual tentu saja jauh lebih mahal daripada jika kita membeli minimarket. Tapi perjuangan mereka membawanya sampai ke puncak Bromo? itulah harga yang pantas.

    Link Foto:
    http://www.n-journal.com/2012/09/penjaja-makanan-sumber-hidup-masyarakat.html

  39. Nama/nama blog : Dwi Putri R / bacasayasaja.blogspot.com
    Link blog: http://bacasayasaja.blogspot.com/
    Judul/keterangan foto:
    Tenganan Pegringsingan adalah salah satu desa adat yang dihuni oleh keturunan Bali Aga. Letaknya cukup nyelempit tersembunyi di balik perbukitan daerah Karangasem. Setiap bulan kelima penanggalan Bali (usaba sambah), gadis-gadis Tenganan Pegringsingan melakukan prosesi Manyunan, yaitu berayun di ayunan tradisional. Beramai-ramai mereka menghias rambut dan mengenakan tenun Pegringsingan, selembar kain yang bernilai tinggi baik dari segi materi maupun spiritual bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan.
    Link foto:
    http://4.bp.blogspot.com/-klTEPBncKmE/UFnWOT5OomI/AAAAAAAABgs/Pk37n1kp-2M/s1600/DSC_0384.jpg

  40. Nama: Astrid Lumbantoruan
    Link blog: fakirliburan.wordpress.com

    Link foto: http://www.flickr.com/photos/24641043@N02/8001781194/in/photostream/lightbox/

    Judul: Bangga!

    Keterangan:
    Di suatu akhir pekan, gue dan teman-teman memutuskan untuk mengunjungi Monumen Nasional atau lebih dikenal sebagai Monas – landmark ibukota negara Indonesia. Dan kami bertemu banyak sekali rombongan anak sekolah dari SD hingga SMA yang sedang berkunjung.
    Gue tertarik memanggil salah satu dari mereka yang sedang membawa bendera Pramuka (masih ingat kan dengan Pramuka? :D ) dan meminta dia berpose bersama temannya.
    Salah langkah juga gue minta foto tanpa mengobrol terlebih dahulu, jadinya mereka tidak tersenyum di foto ini. Tetapi setelah berpose, mereka dengan lancar bercerita bahwa mereka adalah murid sekolah dari SD 261 Pekayon, Jakarta Timur. Mereka datang ke Monas untuk mengikuti acara Anti Tembakau dan dengan bangga mereka juga menambahkan “Kami satu-satunya SD di Jakarta yang diundang ke acara ini!”

  41. Nama : Arif Rahman Fadilah (@arif__rf)

    Blog : arivarsenna.wordpress.com

    Link Foto : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=3910684800451&set=a.1737531192969.93893.1079306088&type=1&theater

    Judul Foto : Kebersamaan Keluarga

    “Papa, aku sekarang sudah bisa jalan dong, walaupun masih dipegang papa”, mungkin ini yang akan dikatakan si balita kepada ayahnya. Dengan ekspresi polos dan lugu, si balita berusaha untuk melangkahkan kakinya menaiki anak tangga di salah satu lokasi di Dunia Fantasi, Jakarta. Tanpa keraguan dan penuh semangat belajar untuk berjalan, si balita berhasil mencapai selasar atas dari tempat itu.

  42. Walaupun terlambat tapi saya mau ikutan. Hahaha.

    Nama: M Arif Rahman
    Blog: http://backpackstory.wordpress.com

    Judul: Romantisme a la Baduy

    Deskripsi:
    “Bapak sayang ga sama istrinya?” Tanya saya kepada Pak Ralim tiba-tiba.
    “Ya sayang dong, namanya juga istri.” Jawab Beliau sambil terkekeh.

    Pak Ralim, adalah satu dari beberapa orang penduduk Baduy Dalam yang telah membuka diri kepada dunia luar. Obrolan hangat di siang itu, telah mengubah stigma saya terhadap Suku Baduy. Walaupun berada jauh di pedalaman yang jarang tersentuh, bukan berarti mereka membatasi pergaulan dari suku-suku lain. Meski memang masih ada beberapa pantangan dan adat yang harus dipenuhi.

    “Pak, ga pengin punya istri banyak?” Saya pun bertanya usil ke Beliau.

    “Buat apa, orang satu aja repot.” Jelasnya singkat “Dan ga habis-habis pula. Hehehe.”

    “Tapi, kalau istrinya kayak Julia Perez gimana pak?”

    Beliau diam, lalu senyum-senyum centil. Entah karena “pengin” sama Julia Perez, atau karena tak tahu tentang Julia Perez.

    Wallahhualam Bissawab.

    Link foto: http://goo.gl/zWBQI

Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')