
“Nanti kita bergerak memutar mengikuti arus hingga ke dasar laut, lalu semuanya diam di batas karang yang sudah ditentukan,” kata om Saka, divemaster kami.
“Macam nonton bioskop saja kita dibawah nanti, jangan terlalu banyak bergerak, kalo banyak bubble nanti dia kabur,” ia menambahkan.
Tepat pukul tujuh pagi, sesaat setelah briefing, kami meninggalkan dermaga Mansuar. Laut pagi ini tenang, cuaca bersahabat.
Om Saka, divemaster kami mengarahkan kapal kembali ke barat Mansyar, ke tempat yang sama seperti kemarin siang – Manta Sandy Beach.
Kami kurang beruntung pada penyelaman kemarin, manta tak nampak saat kami menyelam.
“Sedang tidak musim,” kata om Saka. Kami pun kembali kesana, berharap bertemu dengan sang primadona laut ini.
Manta Sandy beach adalah sebuah pulau pasir timbul yang luasnya hanya seperti lapangan bulutangkis. Berbentuk hampir lingkaran. Tempat ini hanyalah tempat kapal bersandar, tak ada apapun selain lautan lepas, karena pertunjukan yang sebenarnya ada di bawah sana.
…

Menyelam di manta point memang tak boleh terlalu banyak orang. Jika terlalu banyak, grup penyelam berikutnya harus antri terlebih dahulu. Ibarat bertemu artis idola, kita harus bergantian agar ia tak merasa terganggu.
Perlahan saya mulai masuk. Saya merasa air disini keruh dibandingkan titik penyelaman lainnya. Ketika bibir saya terasa agak tersengat, saya teringat mengapa manta senang sekali berada disini. Ubur-ubur dan plankton! Itu adalah makanan mereka. Tak heran visibilitas berkurang karena miliaran plankton berkeliaran disini.
Kami kembali ke dasar, berbaris rapi sambil cemas menunggu…..
“Teng teng teng teng!” Om saka mengetukan tabungnya dengan stick miliknya dan menunjuk ke belakang kami.
Sekelebat bayangan putih ada di sana, hanya berjarak sekitar 10 meter dari kami. Melayang dengan tenang. Jantung saya berdegup kencang. Ia mengepakan sayapnya sekali, dan meluncur ke arah kami!
Saya tetap pada posisi semula. Sang kelelawar laut ini pun berputar-putar di atas terumbu karang besar. Kemudian insangnya bergerak-gerak, menghisap berkubik air, dan menyaring ribuan plankton dan ubur-ubur. Ternyata ini adalah jam makan siang si kelelawar laut.
Tak seperti hiu, menurut saya manta mempunyai wajah protagonis. Jika ia di darat, mungkin tatap matanya seperti hewan herbivora yang terlihat ramah daripada karnivora. Penguasa laut yang satu ini punya hobi yang menarik – Menari.
Layaknya penari sungguhan, ia sangat anggun, gerakannya kuat namun gemulai. Berkali-kali ia lewat di atas saya, seperti beberapa tahun silam.
Mungkin ia ingin menyapa saya. Saya hanya bisa terdiam dan terkagum.
Ia berbalik arah, tersenyum, mengepakan sayapnya cukup keras, dan menghilang menuju lautan gelap.
…
Perjumpaan kami memang hanya sesaat. Tapi, beberapa puluh detik yang kami lewati bersama sudah melekat, tersimpan rapi kembali di hati. Hingga pertemuan berikutnya suatu saat.
I’ll see you again, ocean ballerina!
….





Thanks buat Mayang atas foto-foto underwaternya!
Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')