SAYA sempat menonton perlombaan Musi Triboatton yang digelar 11-15 Mei 2016 lalu di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Kalau mendengar sungai Musi, pasti kita teringat jembatan Ampera di Palembang. Namun mungkin saya harus ingatkan, sungai musi ini panjangnya lebih dari 750 kilometer ( itu kira-kira mirip jarak Jakarta ke kota Malang lewat jalur pantura loh!).
Sungai Musi membelah kota Palembang jadi dua bagian. Juga melewati sebagian area provinsi Sumatera Selatan.
Biasanya perlombaan perahu yang disebut bidar ini selalu ada jika sedang ada festival atau misalnya perayaan tujuh-belasan. Namun perlombaan kali ini beda. Bukan antar kampung atau kecamatan seperti biasanya. Namun antar provinsi dan negara!
Beberapa peserta Musi Triboatton asing yang terlihat dari negara tetangga ada Malaysia, Brunei, Tiongkok, Macau, dan Singapura.
Musi Triboatton, seperti namanya, Tri, ada tiga jenis perahu yang dilombakan. Pertama adalah perahu rafting, kedua perahu kayak, dan terakhir adalah perahu naga.
Si perahu naga inilah yang menjadi sorotan karena bentuk perahunya yang berkepala naga berwarna-warni. Yang unik lainnya dari dragon boat ini, ia memiliki penabuh gendang yang berfungsi sebagai komando untuk para atlet mendayungkan dayungnya.
Saya memulai perjalanan untuk menonton etape pertama di Empat Lawang. Kira-kira delapan jam perjalanan dari palembang.
Saya sudah membayangkan jalur lintas sumatera yang naik turun berkelok dan bisa membuat pempek dan pindang yang baru saya makan ini keluar kembali dari pencernaan saya.
Beruntung, ada kereta malam dengan rute Palembang ke Lahat yang bisa memangkas 3/4 perjalanan di kereta, sehingga saya tetap bisa menulis ini di laptop dan tertidur pulas.
Di Empat Lawang ini selain ada balap rafting jarak pendek, juga ada nomor balap jarak panjang yang berakhir finsih di tebing tinggi. Jaraknya sekitar 30-40 km yang ditempuh dalam waktu 2-3 jam.
Saya tak bisa membayangkan para atlet yang ototnya bekonde semua ini melakukan hal tersebut di tengah terik matahari. Saat finish, beberapa dari mereka nampak sangat kelelahan dan harus dibantu saat turun dari perahu.
Berlanjut ke etape berikutnya di Kabupaten Musi Rawas yang terkenal dengan pindangnya itu, jenis perlombaan ditambah.
Tak hanya rafting, tapi juga perahu kayak yang hanya dikendarai satu atlet. Balap kayak/kano itu tidak seseru rafting karena orangnya lebih sedikit jadi tak terlihat lebih heboh daripada rafting. Disinipun mereka hanya lomba “drag race” alias jarak pendek.
Saya menunggu penampakan perahu naga. Ternyata, perahu naga baru ada saat etape mencapai ibukota kabupaten sumatera selatan di Sekayu.
Sekayu nampak jauh lebih maju daripada kabupaten yang sebelumnya saya datangi. Di pinggir sungai musi bagian sekayu nampak lebih rapi dan tenang dibanding Palembang. Bahkan ada taman cantik di pinggir sungai musi bernama Sekayu Waterfront. Ini adalah tempat nongkrong paling hits buat anak-anak Sekayu.
Sekayu waterfront punya payung-payung mirip masjid Nabawi di Madinah, walaupun miniaturnya saja sih. Cantik :)
Saya melewatkan etape di Banyuasin untuk langsung menuju etape terakhir sekaligus final yang menutup Musi Triboatton tahun 2016 ini di Palembang. Langit menghitam, arus sungai musi terasa kencang. Saya merasakan goyangan yang tak biasa saat makan di salah satu warung pindang terapung di dekat jembatan Ampera.
Saya bersiap di panggung tempat garis start. Sesaat sebelum lomba dimulai tiba-tiba hujan deras turun. Namun para atlet sudah bersiap di garis start, peluit pun dibunyikan, penabuh gendang pun mulai menabuh gendangnya diikuti dayungan kompak para atlet. Saya berlindung di bawah panggung di tempat para tamu undangan menonton sambil terus memotret.
Musi Triboatton punya tujuan mulia untuk mengangkat sungai musi sebagai salah satu destinasi wisata di Sumatera Selatan.
Sayangnya, dari kelima etape di lima tempat yang berbeda, hanya kota Palembang yang sudah cukup siap mengakomodir para atlet dan wisatawan.
Di area sungai sekitar jembatan ampera, banyak tempat wisata menarik seperti Pulau Kemaro, Kampung Arab Al munawar, kampung kapitan, hingga warung-warung kuliner di bawah Jembatan Ampera.
Untuk daerah lain, mungkin tahun depan bisa jauh lebih baik ya?
Oh iya, selamat buat tim dari Provinsi Jambi yang memenangkan juara umum Musi Triboatton 2016!
Mungkin saya harus belajar mendayung supaya otot saya bisa kencang seperti atlet-atlet ini….
Salam!
Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')