Dulu, sebelum ada kereta bandara, naik taksi dari rumah saya yang lokasinya di pinggiran kota Tangerang ke Bandara Soekarno Hatta Jakarta, paling-paling hanya sekitar 60-70 ribu.
Namun sekarang, semenjak jalan M1 (jalan belakang bandara) ditutup demi jalur kereta bandara, mau tak mau saya harus memutar lewat jalur perimeter mengelilingi bandara, atau lewat jalan tol dalam kota.
Lewat jalur perimeter ongkos taksi langsung melonjak dua kali lipat. Anehnya kalau melewati jalan ini, kita sudah di Bandara tapi harus memutar keliling runway yang rasanya panjang sekali seperti tol cipali. Namun yang ini jalurnya sempit dan banyak speed bump.
Lewat tol pun sama saja, malah kita harus menambah ongkos untuk tiga kali gerbang tol yang bertotal 25 ribu. Belum lagi waktu tempuh yang jadi semakin lama.
Lagipula, bandara berkode CGK ini kan di Tangerang ya? Masa saya harus lewat Jakarta dulu buat masuk ke Tangerang lagi? Yang benar saja hihi!
Memang sih ada bis damri yang ongkosnya hanya 40 ribu saja dari Serpoing. Sayangnya si damri berukuran kopaja ini jalannya sangat lelet. Bisa satu jam lebih dari serpong untuk menuju Bandara. Belum lagi kondisi bus yang relatif tua, bangku yang sempit, dan ruang bagasi yang tak terlalu lebar juga juga.
Kalau lagi santai dan barang bawaan tak banyak tentu tak apa naik Damri. Tapi tentu tak bisa kalau kita dikejar waktu.
Mungkin kamu berpikir, “Yaelah ke Bandara seberapa sering sih? Gitu aja repot.”
Memang sih tidak setiap hari. Tapi, sebagai seorang travel blogger sok sibuk, dalam sebulan saya bisa bolak-balik dari rumah ke Soekarno Hatta bisa mencapai sepuluh kali, bahkan lebih.
Dikalikan 175 ribu sekali jalan saja (kalau lewat tol), sudah bisa beli batagor berapa porsi itu?
Saya bukannya menolak keberadaan kereta bandara. It was a very good development. Walaupun sudah telat sekian tahun dari negara tetangga. Kenapa sih tidak dibuat underpass untuk jalan M1 yang lama?
Mungkin Karena alasan keamanan atau gimana saya juga kurang tahu. Tapi hal ini sangat membuat KZL warga tangerang yang sering bolak-balik bandara.
Terkadang, saya hanya di rumah cuma “transit” untuk sekedar mengganti pakai kotor dalam koper dengan pakaian bersih. Kemudian keesokan harinya sudah harus boarding lagi.
Makanya, saya kadang berfikir untuk membeli rumah atau apartemen dekat Bandara. Supaya tidak terlalu repot bolak-balik.
Perkara jauh dari jakarta pun sebetulnya tidak masalah, karena paling-paling saya hanya satu minggu sekali ke Jakarta untuk meeting. Sudah ada kereta bandara pula yang bisa saya manfaatkan, walaupun memang saya rasa tarifnya terlalu mahal sih.
Iseng-iseng saya browsing di google dengan kata kunci “apartemen dekat bandara”. Yang keluar adalah beberapa listing dari situs pencarian properti. Namun ada satu hasil pencarian yang menarik minat saya. Tulisannya “Bandara City” dengan deskripsi singkatnya sesuai kata kunci yang saya masukan.
Apa ini Bandara City? Apakah kota dalam Bandara? Saya pun browsing untuk mencari tahu lebih lanjut.
Tenyata Bandara City ini adalah sebuah apartemen yang lokasinya katanya cuma lima menit dari Bandara!
Wah cocok banget ini kalau beli apartemen disini. Selain bisa saya pakai, pasti juga bisa saya sewakan. Pasti banyak banget nih pramugari yang bakal jadi tetangga saya dan menyewa apartemen saya nanti!
Di area seluas 6.7 hektar ini, Bandara city ternyata punya empat buah tower, pusat perbelanjaan, taman, dan area olahraga seperti kolam renang. Di pusat perbelanjaan Bandara City Mall juga banyak fasilitas seperti bioskop, food court, Wahana bermain anak, dan pastinya cafe-cafe cozy untuk nongkrong.
Jadi walaupun ini sebetulnya kawasan bisnis, tapi bakal tetap nyaman untuk hunian keluarga. Ya walaupun saya belum berkeluarga, sih. #kode
Menurut saya apartemen disini bakal jadi investasi yang sangat menarik di masa depan. Melihat perkembangan Bandara Soekarno Hatta yang bakal semakin besar, pasti area ini bakal semakin ramai dan prospek bisnis makin bagus.
Gimana menurut kalian gaes?
–
Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')