Beberapa waktu lalu saya mampir sebentar di Surabaya untuk mengisi workshop foto yang diadakan oleh Martografi, UKM foto Universitas Petra Surabaya. Workshop fotografi perjalanan mereka yang bertema Escape Euphoria itu bertempat di Mall Ciputra World surabaya.
Selalu senang jika berbagi ilmu dengan teman-teman apalagi dengan mahasiswi mahasiswa.


Keesokan harinya setelah workshop, saya menyempatkan diri untuk menghabiskan akhir pekan di Surabaya. Saya menginap di hotel ibis budget di Jalan HR Muhammad. Agak jauh dari kota memang, tapi dekat dengan tempat workshop di mall Ciputra.
Ada kejadian yang kurang nyaman pada saat saya menginap disana. Pada malam hari saat saya tidur, tepat pukul dua belas malam, pintu diketuk. Beberapa kali saya hiraukan, namun pintu tak berhenti diketuk. Malah semakin keras. Dengan bersungut saya bangun dan membuka pintu dan menemukan pria berseragam polisi lengkap. Loh, ada apa ini?
“Selamat malam, pak. Pemeriksaan identitas,” katanya datar.
Apa? Bukannya masuk ke hotel ini identitas kita sudah di scan oleh pihak hotel? Kenapa malam-malam begini harus dimintai KTP oleh polisi? Tapi, saya yang malas berdebat langsung menyerahkan KTP ke bapak itu.
“Sendiri saja, pak?” tanya si pak polisi.
“MENURUT NGANAAAA??” kata saya, dalam hati. Untung saya lagi ga bawa siapa-siapa ke dalam hotel. #eh
Saya pun kembali tidur. Terdengar dari kamar di ujung sana seorang tamu yang marah-marah karena terganggu istirahatnya.

Keesokan harinya, rencana saya hanya berjalan kaki saja di sekitar kota Surabaya. Karena saya tak paham angkot surabaya, saya mencoba memesan gojek yang mengantarkan saya dari jalan HR Muhammad di Tugu Pahlawan di tengah kota. Ternyata lumayan jauh juga sekitar 11 km. Dari sana, saya berjalan kaki menuju museum House of Sampoerna. Di peta terlihat dekat, ternyata pas jalan jauh juga. Oh dasar google map. Katanya 10 menit berjalan kaki, ternyata sampai setengah jam HAHA. (efek kebanyakan berhenti jajan es karena Surabaya panas bener broh!)

Di depan museum ini ada bis merah yang disediakan House of Sampoerna untuk tur keliling kota surabaya gratis. Tapi sayang, saat saya ingin mendaftar semua slot sudah penuh.
Selain museum, ada juga pabrik rokok kecil di dalamnya. Semua pekerjanya adalah wanita. Saya takjub melihat tangan mereka yang sangat cekatan melinting tembakau ke dalam kertas. Gerakannya terlihat seperti video yang dipercepat beberapa kali dan di-loop berulang-ulang! Sayang ada larangan memotret disana entah mengapa.



Setelah itu saya melanjutkan berjalan kaki ke arah Jalan Rajawali, jembatan merah, dan daerah-daerah kota tua Surabaya. Jujur saja, trotoar di sekitar sini sangat nyaman. Lebar, bersih, dan tak ada lubang *melirik bandung. Tapi ya namanya Surabaya, puanaaseee pollllll. Panas banget, serasa gak ada angin lewat haha!
Oh iya di jalan antara House of Sampoerna ke jalan rajawali saya menemukan mural-mural yang cantik ini.

Jika sedang berada di jalan rajawaliKedai lontong balap yang dirintis sejak tahun 1956 ini buka setiap hari sejak pukul 6 pagi hingga setengah 6 sore. Terkadang, jam makan siang pun hidangan sudah ludes. Lontong balap rajawali ada tepat di pinggir jalan. Tak besar, mungkin hanya muat sekitar 30 orang. Lontong, tahu, dan llento ditambah siraman taoge berkuah manis dan serta sate kerang plus kecap sangat sangat nikmat habis berjalan kaki lama hehe. Saya belum mencoba lontong balap yang lainnya, tapi saya yakin ini salah satu yang paling enak!
Siang main terik. Tapi saya terus berjalan selama baterai kamera masih ada hehe.










Terima kasih Surabaya. Sampai jumpa lagi!
Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')