Ah, mungkin pertama saya akan mengangkat topi dan mengucapkan terima kasih untuk Daihatsu Indonesia, yang telah menghadiahi saya untuk mencoba roadtrip selama dua minggu dari Jakarta hingga Pulau Komodo. Your Terios rock guys!
Setelah roadtrip selesai, rombongan kami pun terpisah di pulau komodo. Para blogger, sesuai yang dijanjikan, akan mendapatkan Live on Board diving dengan kapal phinisi.
Sekitar dua tahun lalu, saya melihat sebuah video di sebuah situs video sharing. Sesaat setelah menonton video itu, saya langsung jatuh cinta dan ingin sekali berlayar dengan kapal dua tiang dan tujuh layar tersebut.
Setahun berlalu, dan setelah mengumpulkan sedikit tabungan, saya pun tiba di tanah Flores.
Tapi, melihat harga sewa kapal phinisi yang satu harinya seharga iPhone tiga buah. Saya hanya bisa terdiam dan hanya bisa menumpang kapal nelayan kecil bersama warga dan sayur-sayuran.
Dan, sekarang, saat ini. Saya sedang berada di atas kapal bernama Plataran – kapal phinisi yang ukurannya seperti satu setengah bus besar – bersama rombongan terios dan siap membajak lautan!
***
Semenjak sail Komodo yang digelar belum lama 2013 ini, wajah labuan bajo sedikit berubah. Labuan Bajo , seperti yang kita tahu adalah gerbang pariwisata untuk masuk ke area Taman Nasional Komodo.
Setahun lalu, belum ada jalanan berbentuk blok bata di pinggir pantai pelabuhan. Sekarang kita sudah bisa santai sambil jalan-jalan sore menikmati senja dengan panorama kapal-kapal yang berlabuh.
Saat ini, sudah banyak peta dan penunjuk arah yang terpasang di labuan bajo. Labuan bajo yang terus bersolek makin lama makin cantik.
Saya masih menunggu Labuan Bajo untuk mempunyai bentuk kota yang mirip Rio di Brazil sana. Sudah ada gang yang menghubungkan pantai dan jalanan di atas bukit, sudah sedikit mirip sih hehe.
Namun, tetap saja sampah plastik masih berserakan di tepi pelabuhan dan tempat sampahnya memang belum ada. Apa benar event sail komodo bisa mengangkat salah satu wonders of Indonesia ini? Atau malah cuma numpang mengotori pintu gerbang komodo?
Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
***
Plataran punya satu buah sundeck tempat kita berjemur ( saya sudah tak butuh berjemur sejak lahir, sudah hitam). Punya satu ruang makan, dua kamar mandi, enam tempat tidur, dan satu ruang keluarga tempat leyeh-leyeh di depannya.
Desainnya sangat macho. Warna coklat menunjukan kesan klasik dan sophistication. Mungkin jika kapal ini hitam mirip kapal punya Jack Sparrow saya bisa jadi bajak laut betulan dan menculik seorang nona manis di kapal tetangga kami, rombongan 7 wonders juga, yang nampak lebih besar mewah.
Sebetulnya, menurut saya, komodo itu sama sekali tidak menarik.
Mereka cuma mirip biawak tapi lebih besar, dan terlihat malas sepanjang hari. Well, memang mereka itu cuma pura-pura santai dan menunggu mangsanya lengah. Tapi, secara pribadi saya tak begitu berminat.
Tapi, ternyata tempat tinggal si komo ini punya salah satu keindahan bawah laut terbaik Indonesia.
Jangan sampai ke komodo dengan tidak membawa diving license kalian, rugi besar sob!
Itu sebabnya kapal-kapal phinisi seperti plataran banyak sekali terdapat di area komodo. Kapal ini biasanya membawa para turis asing yang ingin menyelam. Mereka bisa menyewa kapal-kapal ini hingga seminggu lebih karena spot diving disini terlalu banyak! Trekking di komodo atau Rinca mungkin hanya jadi selingan.
Kapal kami yang hanya berlayar selama dua malam pun sama sekali belum membuat saya puas.
Tapi, sudah merasakan leyeh-leyeh sambil cengar-cengir di atas kapal phinisi yang megah ini, saya hanya bisa mengucap syukur :)
Terima kasih daihatsu #Terios7Wonders !
Thanks!
Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')