
Kembali melanjutkan petualangan ‘liar’ kami di Kalimantan, kali ini tujuan kami adalah Kandangan untuk melihat langsung anggrek liar di alam, setelah sebelumnya menunjungi monyet bekantan yang juga liar di Pulau Kaget. Pokoknya semua liar!
Perjalanan 202 km dari sungai Barito di Banjarmasin menuju Kandangan terasa cukup panjang. Selain jalan yang kurang bagus, kami sempat menemukan longsor yang makin menghambat perjalan kami.
Alhasil, saat kami mencapai kawasan pegunungan Maratus di Kandangan, matahari sudah terbenam. Duh.
Pegunungan Maratus di Kandangan memang habitat asli berbagai macam flora, termasuk beberapa spesies anggrek hutan seperti anggrek hitam, tebu, arades dan sejenisnya.
Namun, karena tim Terios 7 Wonders adalah pria-pria liar yang haus kasih sayang petualangan, kami mencoba tetap melihat anggrek ke dalam.

Treq. Senter dinyalakan. Kami memasuki hutan.
Seorang kawan saya mengatakan, “Hati-hati, feeling gue gak enak, merinding nih.”
Duh, saya yang barusan habis buang air di pinggir bambu-bambu lebat juga ikutan merinding.
Beberapa tanjakan kami lewati, hingga mencapai tanjakan curam di sebuah gunung batu.
“Kita naik ke atas lagi, ada di atas sana,” kata pemandu kami.
Dengan susah payah, kami menaiki tanjakan curam yang elevasinya kurang lebih 45 derajat dan tangga kayu rapuh di bagian akhir.


Namun, ternyata kami menemukan kejutan. Anggreknya nggak ada! HAHA.
“Ini bukan musimnya mas, jadi baru daun dan tunasnya saja,” kata pemandu kami sambil cengar-cengir.
Begitulah alam liar, kita tak bisa tebak apa yang terjadi. Seperti sungai yang kering di Taman Nasional Sebangau saat bertemu dengan orang utan.
Namun, tak perlu kuatir. Masyarakat sekitar juga telah membudidayakan anggrek ini. Sehingga ada beberapa budidaya bunga yang menjadi bunga nasional negara singapura ini.
Tak jauh dari lokasi anggrek, kami bertamu ke rumah Mas Dedi, salah satu masyarakat lokal yang membudidayakan anggrek. Mas Dedi memang pecinta bunga ini. Ia punya berbagai macam bunga-bunga anggrek khas kalimantan.
Mas Dedi punya berbagai macam koleksi anggrek mulai dari Anggrek hitam, Anggrek putih, anggrek hybrid hasil pencampuran, hingga beberapa anggrek endemik khas kalimantan. Semuanya cakep! Mas dedi pun menjelaskan tips merawat anggrek, cara budidaya anggrek di tempat yang bukan habitatnya, dan bagaimana ia selama puluhan tahun memelihara anggrek-anggrek ini dengan passion — terlihat dari cara ia menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dengan antusias.
Well, walaupun tidak bisa melihat anggrek di alam bebas, kami cukup senang bisa mendapat banyak pengetahuan baru tentang bunga bernama latin Orchidaceae ini. Pertanyaannya berikutnya : Sepanjang perjalanan kami hanya menemukan hutan yang terbakar dan sawit, masihkah ada tempat untuk anggrek-anggrek ini di hutan liar?
Entahlah.





Next stop : Kami kembali mencari keliaran borneo yang lain. Kerbau rawa Amuntai!
—
Ekspedisi Terios 7 Wonders ini adalah perjalanan media bersama Daihatsu. Semua opini adalah milik pribadi. Lihat tulisan lainnya dibawah ini.
- Menerobos Kabut Asap Kalimantan — Terios 7 Wonders
- Bertemu Orang Utan Liar di Taman Nasional Sebangau
- Monitor, Mari Makan Lontong Orari, Ganti!
- 8 Blogger Kece yang Ikut Berpetualang Bersama di Borneo Wild Adventure
- Bertemu Bekantan di Pulau Kaget, Monyet Ganteng Tapi Pemalu
- 14 Tips Untuk Konvoi Perjalanan Darat Jarak Jauh dengan Mobil
- Anggrek liar di Kalimantan, Masihkah Ada? -> you are here!
- PALIAT, Kuliner Nikmat Khas Tabalong!
- Kerbau Amuntai yang Punya Hobi Aneh : Berenang!
- Mengintip Penangkaran Buaya Teritip Balikpapan
- Potret Adat Dayak Kenyah di Desa Pampang, Samarinda
- Pohon Ulin Terbesar di Dunia Ada di Taman Nasional Kutai!
- Tak usah Ragu, Inilah 7 Alasan Mengapa Derawan Harus Jadi Destinasi Liburanmu Selanjutnya!
- 7 Pengalaman Menakjubkan Yang Kami Temui Selama Perjalanan ‘Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure’! (plus video perjalanan!)
Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')