Sebagai pehobi elektronika, semenjak di sekolah menengah saya seringkali mampir di daerah Glodok. Berkeliling mencari transistor dan kapasitor berkualitas tinggi dengan harga miring, tentu menjadi rutinitas saya jika mampir di derah perniagaan elektronika yang paling terkenal di Jakarta ini. Namun, saya memang belum pernah mampir masuk ke dalam kawasan pecinan bersejarah dibalik riuhnya suara pengeras suara toko, hingga akhirnya beberapa waktu lalu saya diajak beberapa kawan saya Ariev, Firsta, dan Vindhya untuk menyusuri Petak Sembilan.
Pagi itu sedikit gerimis. Bertepatan dengan hari tahun baru imlek 2566, jalanan Jakarta menjadi sangat lengang. Toko-toko pun tutup, karena toko-toko dengan pemilik keturunan Tiongkok pantang membuka bisnisnya pada hari ini. Kami bertemu di Museum bank mandiri di daerah Kota Tua, hanya beberapa blok dari kawasan petak sembilan. Penyusuran dimulai dari sana bersama pemandu kami yang beberapa saat kemudian saya sudah tak lihat lagi, karena terlalu asyik memotret.


Pada zaman kolonial, Glodok adalah kawasan khusus bagi etnis Tionghoa yang dibuat Belanda agar mereka lebih mudah mengawasi warga tionghua setelah terjadinya tragedi kelam Geger Pacinan pada 1740. Saat itu tercatat sebagai salah satu sejarah paling hitam di Batavia, dimana lebih dari 10 ribu etnis Tionghoa terbunuh. Kali Angke yang letaknya berdekatan dengan Glodok pada saat itu menjadi merah karena darah dari para korban. Dalam Bahasa Mandarin, Angke sendiri bermakna kali merah.

Kawasan petak sembilan merupakan saksi sejarah keberadaan keturunan Tionghua di Jakarta. Serangkaian bangunan kuno, ruko, pertokoan, vihara, dan sekolah didominasi oleh masyarakat Tionghua. Begitu juga daerah sekitarnya seperti glodok, cideng, jembatan lima, hingga Mangga dua.
Hujan membuat sisa bekas sayur pasar yang tak laku bercampur dengan sampah membusuk sehingga menimbulkan aroma tak sedap. Namun kami terus menyusuri jalan-jalan yang bersejarah bagi warga Tionghua ini. Kami pun akhirnya sampai di depan Vihara Dharma bakti, Vihara yang tertua dan terbesar di Jakarta. Sebuah saksi bisu pembauran adat dan budaya warga Tionghua dengan budaya lokal di Petak Sembilan.


Merah menghiasi sebagian besar wilayah ini. Warna yang melambangkan antusiasme, semangat, dan keberuntungan bagi warga Tionghua. Saya pun ikut memakai warna merah pada hari itu. Lampion berbaris rapi di atas jalan-jalan yang sempit. Seperti halnya lebaran, masyarakat tionghua berkumpul bersama keluarga untuk merayakan tahun baru imlek bersama-sama. Tak peduli para pelanggan mereka yang kebingunan mencari barang yang mereka beli.

Di dalam vihara dharma bhakti siang hari itu nampak telah ramai riuh. Puluhan kamera para penggemar fotografi untuk mengabadikan momen imlek, menyoroti acara yang menyambut tahun baru kambing ini. Para jurnalis media nasional telah menunggu, sampai memasang jimmy jeep, untuk membuat berita dengan angle terbaik. Mungkin juga ada drone diatas yang saya tidak lihat. Tak mau kalah dengan para jurnalis, para pengais rezeki dadakan juga sibuk duduk-duduk di depan vihara sambil menadahkan tangannya. Beberapa dari mereka nampak tertidur lelah menunggu belas kasihan warga tionghua yang sedang khusyuk berdoa di hari kebahagiaan mereka.
***
Kamu punya foto-foto suasana imlek? Yuk ikutan lomba foto Pesona Indonesia bertema Wonderful Imlek dan menangkan hadiah tiket pesawat gratis dan berbagai hadiah lainnya!








Jimmy jib, mas bro. Kalo Jimmy Jeep itu yang rodanya empat… :-)…
Hahaha iya ya :))
yang deket ujung jalan menuju jembatan Toko Tiga bukan baksonya? di situ ada, selalu ramai. nah, jalan depan dikit ada pempek enak juga. ;P
Di deket situ, ada yg jual bakso bening dan itu enak banget. Kalo siang rame banget ampe ngantri2 :-)
Ajak aku kapan-kapan mas cummm :3
Saya juga hobi elektronika dulu, ternyata pusat komponen kecil-kecil begini di Glodok juga yah?
Iya mas, glodok pusatnya komponen sih hehehe.
Masih agak blank nih mas Wira, kalau dari glodok itu nyebrang ke Barat ya atau masuk ke belakang glodok? Kawasan kota lama memang menyimpan banyak gambar-gambar humanis yang apik ya
kalo dari arah harmoni belok kiri mas, gampangnya dari belakang museum mandiri sih. Terus tanya orang deh petak sembilan yang mana hehehe.
Oh rupanya daerah belakang mandiri itu… thanks infonya mas
link wonderful imlek salah sasaran mz.
Mas Wira foto-fotonya ciamik!
Padahal hunting bareng tapi… tapi… kenapa foto-fotoku gak seciamik foto-fotomu. >.<
Ajariiiinnnn…!!
Pas yang foto pertama di belakang truck masih laku juga ya di Jakarta lowongan karyawan pake ijazah SMP, hehehe
wah Glodok, Petak 9, dan Pecinan menambah variasi Ibukota sekaligus menegaskan Jakarta bak melting pot berbagai ras ya kak..
saya suka foto-fotonya, ciamik deh :D
anyway yang bikin sedih Vihara Dharma Bakti-nya kemarin kebakaran kak :(
semoga kawasan nan unik bin ciamik ini tetap ada dan Viharanya bisa kembali lagi ya