Belanja buah tangan saat traveling tentu menyenangkan. Karena kita bisa berbagi sedikit kebahagiaan jalan-jalan kita dengan orang tercinta di rumah.
Tapi, kalau kamu bukan siapa-siapa, terus minta oleh-oleh ke saya, maaf saya tidak terima jasa titip. Silakan saja datang ke rumah. Mungkin ada pakaian yang belum sempat saya cuci, hehe.
Kali ini, saya jalan-jalan bersama dinas koperasi UKM (Usaha Kecil Menengah) provinsi jawa tengah untuk berkunjung ke beberapa UMKM (Usaha mikro kecil & menengah). Tepatnya di daerah Wonosobo, Posong, dan Temanggung. UMKM yang kami kunjungi ini memproduksi produk yang sering kita sebut sebagai ‘oleh-oleh’.
Pisang Aroma Kandangan
Jujur saya tak menyangka, olahan pisang yang renyah dan manis ini bisa membuat omzet sekitar 500 juta perbulan.
Sri Mulyati, pemilik usaha ini juga tak menyangka usaha kecilnya yang dimulai pada tahun 2001 ini bisa berbuah manis.
Dengan modal 300 ribu rupiah, ia berjualan kudapan ini dari pintu ke pintu di sekitar Temanggung dan Wonosobo. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuat Kelompok Petani Kecil yang beranggotakan tiga orang di Dusun Sarangan, Kabupaten Temanggung ini.
Saat ini, tak hanya pisang aroma yang dijual, ada juga beberapa produk lain seperti kripik pisang, kripik talas, kripik tempe, dan aneka peyek.
Usaha ini juga mempekerjakan 35 orang karyawan yang membantu proses produksi dan pemasaran. Beberapa dari mereka adalah penyandang disabilitas.
“Pisang ini berbuah sepanjang tahun, ini salah satu alasan saya mengapa memilih pisang sebagai bahan baku. Jadinya selalu tersedia,” ujar Sri kepada kami.
Namun demikian, pisang yang ia gunakan setelah melakukan percobaan beberapa kali adalah pisang jenis raja nangka dan belitung. Saya baru pertama kali melihat pisang belitung, kulitnya cukup unik karena berwarna merah tua!

Proses pembuatan pisang aroma terbilang amat sederhana. Ada beberapa bagian produksi yang dikerjakan terpisah. Pertama adalah pembuatan kulit, lalu pengisian pisang dan gula, penggulungan, dan dipotong kecil-kecil sebelum terakhir masuk ke penggorengan.
Dalam sehari pisang aroma kandangan bisa menghabiskan 125 kg tepung terigu, 100 kg gula pasir, dan ratusan sisir pisang. Dalam sebulan ia bisa memproduksi 30 ribu bungkus pisang aroma yang dijual dalam kemasan seharga Rp. 14.000 rupiah. Jumlah yang fantastis!
Namun saat ini penjualan pisang yang terinspirasi dari kuliner Bandung ini sedang menurun. Salah satu penyebabnya menurut Sri adalah pembangunan jalan tol di beberapa titik yang membuat para calon pembeli melewati banyak pusat oleh-oleh.
Pisang aroma ini rasanya sangat renyah. Campuran manis alami pisang dan gula tambahan rasanya pas. Cocok untuk teman minum kopi.
Nah, berbicara tentang kopi, kami beranjak dari Desa Kandangan ini untuk menuju ke salah satu UMKM di temanggung yang cukup terkenal gara-gara novel dan film filosofi kopi!
Kopi Posong
Ben dan Jody dalam film filosofi kopi memang tak salah. Kopi Posong ini memang begitu nikmat. Buat saya yang tak terlalu paham kopi, saya sangat bisa menikmati secangkir Java Arabica dari lereng gunung Sindoro dan Sumbing ini.
Rasa pahitnya sangat lembut, aroma berry sangat terasa, dan tidak terlalu asam. Setidaknya itu rasa yang saya nikmati saat mengunjungi perkebunan kopi milik pak Tuhar di Desa Tlahab, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung ini.
Pak Tuhar selalu menekankan untuk selalu memetik kopi saat sudah matang merah. Karena itu adalah kualitas terbaik menurutnya. Lahan perkebunannya berada di ketinggian 1600-1800 meter diatas permukaan laut. Didukung curah hujan yang cukup tinggi dan udara yang sejuk membuat kopi Posong berkualitas sangat tinggi.
Selain bertani kopi, Pak Tuhar juga punya brand kopi sendiri yang bernama Two Hearts. Plesetan dari namanya sendiri : Tu Har. Di rumahnya ini kita bisa langsung membeli biji atau bubuk kopi yang sudah di proses.
Yang saya lihat ada proses full wash, semi-wash, natural, honey, dan natural wine. Ada juga kopi dengan aroma tembakau karena ditanamnya bersebelahan dengan tembakau. Karena selain kopi, temanggung aslinya lebih terkenal dengan sebagai penghasil tembakau.
Penikmat Kopi Posong tak hanya dari dalam negeri. Tuhar juga mengakui bahwa ia telah mengekspor berton kopi keluar negeri. Paling banyak peminatnya adalah korea selatan.
“Pernah dari Korea Selatan memesan 2 kontainer. Sekitar 36 ton. Saya pun tolak karena kopi posong belum bisa memenuhinya,” jelas Tuhar.
Menurutnya pasar dalam negeri juga tinggi permintaanya. Jadi ia tak terlalu khawatir telah menolak permintaan luar negeri yang cukup besar itu.
Tuhar sudah menanam kopi sejak tahun 2000 silam. Sebelum ini, ia bertanam jagung dan tembakau. Namun semua berubah sejak ada bantuan bibit kopi dari pemerintah ke desanya untuk mengganti tembakau. Kopi pun ditanam secara tumpangsari dengan tembakau, sehingga menghasilkan kopi yang sedikit beraroma tembakau.
Kopi posong makin terkenal semenjak film filosofi kopi karya Dee Lestari. Di rumahnya, ada foto-foto saat ia ikut syuting bersama para pemain film termasuk Chicco Jerikho dan Rio Dewanto.
Jadi kalau kalian nanti main-main ke Jawa Tengah apalagi di daerah Temanggung dan sekitarnya, jangan lupa mampir untuk membeli oleh-oleh disini ya!
Mari ngopi dulu sebelum lanjut ke Dieng di tulisan berikutnya :)
.
Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')